Friday, September 30, 2016

Tugas praktikum pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang merah



Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah melimpahkan nikmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang “pengaruh kedalaman penanaman terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman kacang merah”.
Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada ibu Nurul selaku guru mata pelajaran biologi yang telah membantu dan mengarahkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan praktek ini dengan baik.
Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu, kami meminta maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini, dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

                                                                                                Cisarua 29 September 2016

Penyusun



Daftar Isi
Kata Pengantar----------------------------------------------------------------------             1
Daftar Isi----------------------------------------------------------------------------             2
BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------              
1.1 Latar Belakang------------------------------------------------------------------             3
1.2 Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------             3
1.3 Tujuan --------------------------------------------------------------------------             3
1.4 Hipotesis------------------------------------------------------------------------             4

BAB II KAJIAN PUSTAKA------------------------------------------------------            
2.1Dasar Teori----------------------------------------------------------------------             5
2.1.1 definisi perkecambahan----------------------------------------------------             5
2.1.2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan-------------------------------             6           
2.1.2.1 faktor luar-----------------------------------------------------------             6
2.1.2.2 faktor dalam---------------------------------------------------------             8
2.1.3 media tanam---------------------------------------------------------------             10
2.1.3.1 media tanam  kompos-----------------------------------------------             10
2.1.3.2 media tanam  tanah-------------------------------------------------             10
2.1.3.3 media tanam pasir --------------------------------------------------             11
2.1.3.4 media tanam  kapas-------------------------------------------------             12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN-----------------------------------------             13







BAB I
PENDAHULUAN
1.1               Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya tanaman merupakan salah satu mahluk hidup yang penting dalam kehidupan.Sebagai salah satu mahluk hidup sudah pasti tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan salah satu ciri dari mahluk itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Kedalaman dan media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Penyebabnya pada setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kedalaman sangat berpengaruh dalam faktor pertumbuhan tanaman.

1.2     Rumusan Masalah

1.             Bagaimana proses perkecambahan tanaman kacang merah?
2.             Apakah kedalaman penanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang merah?
3.             Adakah perbedaan kecepatan pertumbuhan tanaman kacang merah?
4.             Bagaimana perbedaan tinggi kacang merah setelah 30 hari?

1.3               Tujuan

Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini adalah :
1.             Mengidentifikasi pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2.             Menumbuhkembangkan jiwa peneliti dalam diri siswa.




1.4               Hipotesis
1.             Proses perkecambahan di dalam tanah akan lebih lama dibanding proses perkecambahan di atas tanah.
2.             Kedalaman penanaman berdampak pada pertumbuhan tanaman sehingga bibit yang ditanam terlalu dalam akan tumbuh lebih lama.
3.             Tanaman yang ditanam di atas tanah akan lebih tinggi setelah 30 hari.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Taksonomi tanaman

Kingdom                     : Plant Kingdom
Divisio                         : Spermatophyta
Sub divisio                  : Angiosspermae
Kelas                           : Dicotyledonae
Sub kelas                     : Calyciflorae
Ordo                            : Rosales (Leguminales)
Famili                          : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili                    : Papilionoideae
Genus                          : Phaseolus
Spesies                        : Phaseolus vulgaris L.


2.1.1             Definisi Perkecambahan

Ahli fisiologi tumbuhan  menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Biji dapat tetap viabel (hidup), tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan : kondisi luar atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah dipahami adalah embrio yang belum mencapai kematangan morfologi untuk mampu berkecambah (misalnya, pada beberapa anggota Orchidaceae, Orobanchaceae, atau genus Ranuncullus).Hanya waktulah yang memungkinkan kematangan ini berkembang.Perkecambahan biji tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh kurangnya kelembapan atau suhu hangat. (Salisbury,1992)
Untuk membedakan kedua keadaan yang berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar (suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)
Sementara biji berkembang, maka generasi baru,dalam bentuk janin mulai berkembang di dalamnya. Permulaan ini hanya terbatas, karena pertumbuhan embrio segera terhenti.Biji itu kemudian dipisahkan dari tanaman tertua dan mulailah penyebarannya.Pada akhirnya berlangsung perkecambahan, biasanya setelah biji itu matang. Perkecambahan adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi dengan keluarnya radikula di luar biji.
Menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati.Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan.Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).

2.1.2     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

2.1.2.1 Faktor Dalam (Faktor Internal)

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

-          Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).

-          Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).




-          Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).

-          Hormon

Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan.
Fitohormon yang berfungsi yang merangsang perkecambahan:
Auksin
Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Memacu proses terbentuknya akar.
Giberelin
Berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama proses perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma.Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energy sebagai pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu
meningkatkan aktivitas enzim amylase.
Sitokinin
Berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk mematahkan dormansi biji.Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain:
Etilen
Berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral.Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan.
Asam Absisat
Bersifat menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi biji. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas.
Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.




2.1.2.2 Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:

Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).

Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan atau melunakkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji melalui dinding sel yang diimbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila protoplasma tidak mengandung air yang cukup.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

Suhu

Suhu merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level “hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang akan dialami oleh benih.
Ketiga titik suhu kritis tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas:
Suhu minimum
Suhu terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya antara 0-50C. Jika biji berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar biji akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Suhu optimum
Suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Suhu ini merupakan suhu yang menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan biji. Suhu optimum berkisar antara 26,5-350C.
Suhu maksimum
Suhu tertinggi dimana perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal.Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30-400C.Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolism biji menjadi nonaktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberellin.

Oksigen

Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3%.

Cahaya

Pengaruh cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran harian matahari (fotoperiodisitas). Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji dikontrol suatu system pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan protein.Chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, makafitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.


2.1.3 Media Tanam
Media tanam merupakan media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.Media tanam atau media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik.Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman.
2.1.3.1 Media Tanam Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis.Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah.Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator.Soil (condotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam hal memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
2.1.3.2 Media Tanam Tanah
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan udara. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya reaksi-reaksi bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap pelapukan bahan, reaksi-reaksi dari jasad renik, dan sebagainya.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian terpenting harus dikelola dengan tepat dan benar agar tidak mengalami kerusakan.Kerusakan pada tanah terutama disebabkan oleh erosi.Erosi mengakibatkan kehilangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah yang pada akhirnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produksi, karena telah menurunkan produktivitas.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga dapat memperbaharui sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran permukaan dan erosi.
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Mengingat proses perkecambahan benih tanaman merupakan titik awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu pembibitan, maka perlu diperhatikan masalah pemilihan dan formulasi media semainya. Media yang baik untuk perakaran tanaman harus mudah untuk dilalui oleh air, menyediakan unsur hara yang diperlukan sejumlah tanaman, dan dapat mempertahankan kelembaban. Selain itu media perakaran yang berfungsi memegang tanaman pada tempatnya selama pertumbuhan akar, harus cukup sarang, agar aliran udara baik, mempunyai daya menahan air tinggi, mudah dilalui oleh air, bebas hama dan penyakit, serta tidak mengandung zat yang meracuni tanaman.
Media tanam  campuran dengan bahan utama tanah yang baik adalah media tanam yang cukup kandungan unsur haranya. Selain itu teksturnya gembur atau tidak terlalu keras.Media seperti ini dapat dibuat dengan bermacam-macam bahan. Komposisi media biasanya terdiri atas bahan-bahan sebagai berikut: (1) top soil, berupa tanah lapisan atas yang banyak mengandung humus baik dari peruraian bahan organik tanaman maupun hewan, (2) pasir halus, yakni pasir yang telah diayak terlebih dahulu sehingga tidak lagi mengandung kerikil atau koral, (3) pupuk kandang, dapat berupa kotoran kambing, ayam, sapi, domba, maupun kotoran burung yang sudah diproses, (4) kompos atau pupuk hijau berasal dari pembusukan daun dan bagian tanaman yang lain, yang terbaik berasal dari tanaman kacang-kacangan atau polong-polongan, (5) kapur pertanian dapat berupa dolomit atau kapur lainnya. Sebagai catatan kapur hanya ditambahkan bila campuran media terlalu asam.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara  yang cukup dan seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia tanah.Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan kimianya.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral  dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
2.1.3.3 Media Tanam Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif.Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu.Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).Pasir memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering..
Pasir memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering..
2.1.3.4  Media Tanam Kapas
Kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah.Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
Kapas (dari bahasa Hindi kapas, sendirinya dari bahasa Sanskertakarpasa) adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut “pohon”/tanaman kapas), tumbuhan ‘semak’ yang berasal dari daerah tropika dan subtropika.Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil.Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain.Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan.Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimerselulosa murni dan alami.Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang.Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1                        Rancangan Percobaan

Dalam penelitihan ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu menanam tanaman pada kedalaman yang berbeda. Untuk mengetahui pertumbuhan ditandai dengan panjang tanaman tersebut dari waktu ke waktu. Penelitian ini dilaksanakan dengan kondisi perlakuan yang dibuat sama.

3.2                        Waktu dan Tempat Pengamatan
Penelitian dilakukan pada tanggal 18/08/2016 s.d 8/09/2016 di kelas XII MIPA 1.

3.3                        Varibel Penelitian
3.3.1 Variabel bebas
X1          = di atas pemukaaan tanah
X2          = 2 cm di bawah tanah
X3          = 3 cm di bawah tanah
              3.3.2 Variabel Terikat
Y1          = pertumbuhan dan perkembangan
Y2          = kecepatan pertumbuhan
Y3          = pebedaan tinggi pertumbuhan
              3.3.3 Variabel Kontrol
Z1        = Sinar matahari
Z2           = air
Z3           = kualitas biji
Z4           = tanah
Z5           = nutrisi
Z6           = suhu
              3.3.4 Jumlah Sampel (3)
n(t-1)         >= 16
n(3-1)        >= 16
n                >= 8
    


3.4                        Alat dan Bahan
Biji kacang merah (12 biji)
Penggaris
Aqua gelas bekas (3 buah)
Gunting
Tanah
Air
Bibit kacang merah

3.5                        Langkah Kerja
a.       Siapkanmedia tanam berupa aqua gelas, beri lubang di bawah gelas.
b.      Isi dengan tanah dan siram dengan air.
c.       Sebar bibit pada posisi yang berbeda-beda, dipermukaan tanah, 2 cm di bawah tanah, 3 cm di bawah tanah.
d.      Perhatikan pertumubuhan, kecepatan berkecambah dan tingginya.



BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN


4.1              HASIL PENGAMATAN
Aktivitas
Waktu
Status
Keterangan
Tanaman I
(di atas tanah)
Tanaman II
(2 cm di dalam tanah)
Tanaman III
(3 cm di dalam tanah)
Penanaman
Sabtu, 13/08/2016
13.22 WIB
-
-
-
Jumlah biji = 4 per gelas
Pengamatan I
Senin, 15/08/2016
07.15 WIB
Belum tumbuh
Belum tumbuh
Belum tumbuh
Penyiraman petama
Pengamatan II
Kamis, 18/08/2016
15.30 WIB
Belum tumbuh
9 cm dari permukaan tanah
10 cm dari permukaan tanah
Penyiraman kedua
Pengamatan III
Sabtu, 20/08/2016
13.30 WIB
Belum tumbuh
24 cm dari permukaan tanah
28 cm dari permukaan tanah
Penyiraman ketiga
Tanaman telah berdaun

Pengamatan IV
Senin, 22/08/2016
15.10 WIB
Belum tumbuh
33 cm dari permukaan tanah
38 cm dari permukaan tanah
Tanaman layu dan  perlu dipindahkan

Pemindahan I
Rabu, 24/08/2016
14.58 WIB
Belum tumbuh

Dipindahkan ke polybag
Polybag di isi tanah berpupuk
Pemindahan II
Kamis, 25/08/2016
07.15 WIB
Belum tumbuh
Dipindahkan ke polybag

Polybag di isi tanah berpupuk
Pengamatan V
Senin, 29/08/2016
07.00
Belum tumbuh
Tanaman layu
Tanaman layu
Tanaman yang dipindahkan menjadi layu.
Pengamatan VI
Kamis, 1/09/2016
07.00
Belum tumbuh
Tanaman mati
Tanaman mati
-
Pengamatan VII
Kamis, 8/09/2016
07.00
Tanaman telah  tumbuh
Tanaman mati
Tanaman mati


4.2              PEMBAHASAN
Pada praktikum tentang ini meneliti tentang  pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang merah.Uji kedalaman tanah dimana dilakukan tiga perlakuan yang masing-masing perlakuan berbeda-beda kedalaman tanamannya, yatitu perlakuan pertama sedalam 3 cm, kedua 2 cm dan di atas tanah. Berikut grafik dari tiap tiap variabel percobaan :






Hasil rincian dari grafik di atas menunujukan bahwasannya tanaman kacang merah yang ditanam lebih dalam lebih cepat pertumbuhannya dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya.



BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
            Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, kami mendapati bahwa semakin dalam kedalaman kacang yang ditanam, maka semakin cepat pula pertumbuhannya. Namun, jika kacang ditanam di atas permukaan tanah, maka tidak terjadi pertumbuhan pada kacang tersebut.Hal ini salah satunya dikarenakan biji kacang merah termasuk kedalam jenis perkecambahan epigeal, yaitu perkecambahan di dalam tanah. Hipotesis kami yaitu :
-          Proses perkecambahan di dalam tanah akan lebih lama dibanding proses perkecambahan di atas tanah.
-          Kedalaman penanaman berdampak pada pertumbuhan tanaman sehingga bibit yang ditanam terlalu dalam akan tumbuh lebih lama.
-          Tanaman yang ditanam di atas tanah akan lebih tinggi setelah 30 hari.
Tidak sesuai dengan hasil penelitian kami, dan pada akhirnya kami sampai pada kesimpulan yang baru.
5.2 Saran
            Setelah melakukan penelitian ini kami menghimbau kepada pembaca untuk mencari tahu bagaimana cara perkecambahan berbagai biji ketika hendak menanam. Selain itu, harus diperhatikan juga berbagai faktor yang mempengaruhinya.
           










DAFTAR PUSTAKA





DOKUMENTASI


Nama Kelompok
Arif Hidayat
Ayu Indah
Sulthon Abdul Azis
Widya Ningsih


XII MIPA 1

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home