Tugas praktikum pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang merah
Kata Pengantar
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT.Yang telah melimpahkan nikmat serta karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum tentang “pengaruh kedalaman penanaman terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman kacang merah”.
Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada ibu
Nurul selaku guru mata pelajaran biologi yang telah membantu dan mengarahkan
kami sehingga kami dapat menyelesaikan praktek ini dengan baik.
Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu, kami
meminta maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini,
dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Cisarua
29 September 2016
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar---------------------------------------------------------------------- 1
Daftar Isi---------------------------------------------------------------------------- 2
BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------
1.1 Latar Belakang------------------------------------------------------------------ 3
1.2 Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------- 3
1.3 Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 3
1.4 Hipotesis------------------------------------------------------------------------ 4
BAB II KAJIAN
PUSTAKA------------------------------------------------------
2.1Dasar Teori---------------------------------------------------------------------- 5
2.1.1 definisi
perkecambahan---------------------------------------------------- 5
2.1.2 faktor yang
mempengaruhi perkecambahan------------------------------- 6
2.1.2.1 faktor luar----------------------------------------------------------- 6
2.1.2.2 faktor
dalam--------------------------------------------------------- 8
2.1.3 media tanam--------------------------------------------------------------- 10
2.1.3.1 media tanam kompos----------------------------------------------- 10
2.1.3.2 media tanam tanah------------------------------------------------- 10
2.1.3.3 media tanam pasir -------------------------------------------------- 11
2.1.3.4 media tanam kapas------------------------------------------------- 12
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN----------------------------------------- 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya tanaman merupakan
salah satu mahluk hidup yang penting dalam kehidupan.Sebagai salah satu mahluk
hidup sudah pasti tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan
salah satu ciri dari mahluk itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya
pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal.
Kedalaman dan
media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.
Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Penyebabnya pada setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara
umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar,
menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kedalaman
sangat berpengaruh dalam faktor pertumbuhan tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses perkecambahan tanaman kacang merah?
2.
Apakah kedalaman
penanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang
merah?
3.
Adakah perbedaan
kecepatan pertumbuhan tanaman kacang merah?
4.
Bagaimana
perbedaan tinggi kacang merah setelah 30 hari?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan kami melakukan praktikum ini adalah :
1.
Mengidentifikasi
pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2.
Menumbuhkembangkan
jiwa peneliti dalam diri siswa.
1.4
Hipotesis
1.
Proses
perkecambahan di dalam tanah akan lebih lama dibanding proses perkecambahan di
atas tanah.
2.
Kedalaman
penanaman berdampak pada pertumbuhan tanaman sehingga bibit yang ditanam
terlalu dalam akan tumbuh lebih lama.
3.
Tanaman yang
ditanam di atas tanah akan lebih tinggi setelah 30 hari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Taksonomi
tanaman
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo
: Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus
vulgaris L.
2.1.1
Definisi Perkecambahan
Ahli fisiologi tumbuhan menetapkan perkecambahan sebagai kejadian
yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau
pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit
biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Biji dapat tetap viabel (hidup),
tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan : kondisi luar
atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah dipahami adalah embrio yang belum
mencapai kematangan morfologi untuk mampu berkecambah (misalnya, pada beberapa
anggota Orchidaceae, Orobanchaceae,
atau genus Ranuncullus).Hanya
waktulah yang memungkinkan kematangan ini berkembang.Perkecambahan biji
tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh kurangnya kelembapan atau suhu
hangat. (Salisbury,1992)
Untuk membedakan kedua keadaan yang
berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu
kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak
sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu
kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar
(suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)
Sementara biji berkembang, maka
generasi baru,dalam bentuk janin mulai berkembang di dalamnya. Permulaan ini
hanya terbatas, karena pertumbuhan embrio segera terhenti.Biji itu kemudian
dipisahkan dari tanaman tertua dan mulailah penyebarannya.Pada akhirnya
berlangsung perkecambahan, biasanya setelah biji itu matang. Perkecambahan
adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi
dengan keluarnya radikula di luar biji.
Menurut
Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of
active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas
pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji
menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting
dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup
setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati.Kedalaman suatu biji
dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan.Biji yang terdapat di
permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi
perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin
menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan
mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).
2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
2.1.2.1 Faktor Dalam
(Faktor Internal)
Faktor dalam yang mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain :
-
Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena
belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji
menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai
masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum
(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil,
1979).
-
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil
pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo,
2002).Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
-
Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila
benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban
yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
-
Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan
(fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon
yang menghambat proses perkecambahan.
Fitohormon yang berfungsi yang
merangsang perkecambahan:
Auksin
Mematahkan dormansi biji dan akan
merangsang proses perkecambahan biji. Memacu proses terbentuknya akar.
Giberelin
Berperan dalam mobilisasi bahan
makanan selama proses perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan
bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma.Untuk
keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik
yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke
embrio sebagai sumber energy sebagai pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui
mampu
meningkatkan aktivitas enzim amylase.
Sitokinin
Berinteraksi dengan giberelin dan
auksin untuk mematahkan dormansi biji.Selain itu, sitokinin juga mampu memicu
pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai
penghambat perkecambahan antara lain:
Etilen
Berperan menghambat transportasi
auksin secara basipetal dan lateral.Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya
konsentrasi auksin dalam jaringan.
Asam Absisat
Bersifat menghambat perkecambahan
dengan menstimulasi dormansi biji. Selain itu, asam absisat akan menghambat
proses pertumbuhan tunas.
Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat
perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di
permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2.1.2.2 Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi
perkecambahan diantaranya:
Air
Penyerapan
air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan
jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan
tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan
benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80
sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar
30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada
kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat
menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena
cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70
persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan atau melunakkan
kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio
dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas
masuknya oksigen kedalam biji melalui dinding sel yang diimbibisi oleh air
sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi.
3. Untuk mengencerkan protoplasma
sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti
pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak
akan berjalan secara normal, apabila protoplasma tidak mengandung air yang
cukup.
4. Sebagai alat transport larutan
makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
protoplasma baru.
Suhu
Suhu merupakan syarat penting kedua
bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti
kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level
“hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam
proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang
akan dialami oleh benih.
Ketiga titik suhu kritis tersebut
dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas:
Suhu minimum
Suhu terkecil dimana proses
perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi
kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya antara 0-50C. Jika biji berada
di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar biji akan
gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Suhu optimum
Suhu dimana kecepatan dan persentase
biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Suhu ini merupakan suhu yang menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan biji. Suhu optimum berkisar antara 26,5-350C.
Suhu maksimum
Suhu tertinggi dimana perkecambahan
masih mungkin untuk berlangsung secara normal.Suhu maksimum umumnya berkisar
antara 30-400C.Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji karena keadaan
tersebut menyebabkan mesin metabolism biji menjadi nonaktif sehingga biji
menjadi busuk dan mati.
Suhu optimal adalah yang paling
menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan
tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat
tumbuh giberellin.
Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan
proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2,
air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan
laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam
benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah
dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang
dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih
ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang
dari 3%.
Cahaya
Pengaruh cahaya akan berkaitan
langsung dengan lama penyinaran harian matahari (fotoperiodisitas). Hubungan
antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji dikontrol suatu system pigmen
yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan
protein.Chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki
dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah
yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang mengabsorbsi sinar
infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah,
makafitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang
manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
2.1.3 Media Tanam
Media tanam merupakan media tumbuh bagi tanaman yang
dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.Media
tanam atau media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pertumbuhan tanaman secara baik.Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan
digunakan untuk proses fisiologis tanaman.
2.1.3.1 Media Tanam Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan
dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti
jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos
sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah
melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun
biologis.Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur
nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos
sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah.Berdasarkan hal tersebut dikenal
2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator.Soil (condotioner
yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering,
sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam hal memperbaiki kemampuan tukar
kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam
yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan
warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar
air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.Aktivitas mikroba tanah
juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
2.1.3.2 Media Tanam Tanah
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan
anorganik), dan udara. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalnya reaksi-reaksi bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air,
berpengaruh terhadap pelapukan bahan, reaksi-reaksi dari jasad renik, dan
sebagainya.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian
terpenting harus dikelola dengan tepat dan benar agar tidak mengalami
kerusakan.Kerusakan pada tanah terutama disebabkan oleh erosi.Erosi mengakibatkan
kehilangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan bahan organik,
memburuknya sifat-sifat fisik tanah yang pada akhirnya mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produksi, karena telah
menurunkan produktivitas.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak
hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga dapat memperbaharui
sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan
struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan
tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan stabilitas agregat
tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran permukaan dan erosi.
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan
atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Mengingat
proses perkecambahan benih tanaman merupakan titik awal yang sangat menentukan
bagi keberhasilan suatu pembibitan, maka perlu diperhatikan masalah pemilihan
dan formulasi media semainya. Media yang baik untuk perakaran tanaman harus
mudah untuk dilalui oleh air, menyediakan unsur hara yang diperlukan sejumlah
tanaman, dan dapat mempertahankan kelembaban. Selain itu media perakaran yang
berfungsi memegang tanaman pada tempatnya selama pertumbuhan akar, harus cukup
sarang, agar aliran udara baik, mempunyai daya menahan air tinggi, mudah
dilalui oleh air, bebas hama dan penyakit, serta tidak mengandung zat yang
meracuni tanaman.
Media tanam campuran dengan bahan utama tanah
yang baik adalah media tanam yang cukup kandungan unsur haranya. Selain itu
teksturnya gembur atau tidak terlalu keras.Media seperti ini dapat dibuat
dengan bermacam-macam bahan. Komposisi media biasanya terdiri atas bahan-bahan
sebagai berikut: (1) top soil, berupa tanah lapisan atas yang banyak mengandung
humus baik dari peruraian bahan organik tanaman maupun hewan, (2) pasir halus,
yakni pasir yang telah diayak terlebih dahulu sehingga tidak lagi mengandung
kerikil atau koral, (3) pupuk kandang, dapat berupa kotoran kambing, ayam,
sapi, domba, maupun kotoran burung yang sudah diproses, (4) kompos atau pupuk
hijau berasal dari pembusukan daun dan bagian tanaman yang lain, yang terbaik
berasal dari tanaman kacang-kacangan atau polong-polongan, (5) kapur pertanian
dapat berupa dolomit atau kapur lainnya. Sebagai catatan kapur hanya
ditambahkan bila campuran media terlalu asam.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada
persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi juga harus ditunjang
oleh keadaan fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah berpengaruh langsung
terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah, yang kemudian mempengaruhi
aspek-aspek biologi dan kimia tanah.Pentingnya sifat fisik tanah dalam
menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah
dititikberatkan pada segi kesuburan kimianya.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada
tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan
mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus
tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat
memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
2.1.3.3 Media Tanam Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif
untuk menggantikan fungsi tanah.Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai
jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar
(pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses
penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.Dengan demikian, media
pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif.Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara
tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil,
batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah
yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk
digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih
dahulu.Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman
menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga
memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan
(nekrosis).Pasir memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang
baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga
kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering..
Pasir memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan
drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering..
2.1.3.4 Media Tanam Kapas
Kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga
memiliki daya serap air yang rendah.Sehingga, media tanam dengan kapas dapat
terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang
lama.
Kapas (dari bahasa Hindi kapas, sendirinya
dari bahasa Sanskertakarpasa) adalah serat halus yang menyelubungi biji
beberapa jenis Gossypium (biasa disebut “pohon”/tanaman kapas), tumbuhan
‘semak’ yang berasal dari daerah tropika dan subtropika.Serat kapas menjadi
bahan penting dalam industri tekstil.Serat itu dapat dipintal menjadi benang
dan ditenun menjadi kain.Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai
katun (benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena
hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam
pemrosesan.Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu
disingkirkan, sisanya adalah polimerselulosa murni dan alami.Selulosa ini
tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan
(durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang.Tekstil yang
terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan
menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Rancangan Percobaan
Dalam penelitihan ini metode yang
digunakan adalah metode eksperimen yaitu menanam tanaman pada kedalaman
yang berbeda. Untuk
mengetahui pertumbuhan ditandai dengan panjang tanaman tersebut dari waktu ke
waktu. Penelitian ini dilaksanakan dengan kondisi perlakuan yang dibuat sama.
3.2
Waktu dan Tempat Pengamatan
Penelitian dilakukan pada tanggal 18/08/2016 s.d
8/09/2016 di kelas XII MIPA 1.
3.3
Varibel Penelitian
3.3.1
Variabel bebas
X1 = di atas pemukaaan tanah
X2 = 2 cm di bawah tanah
X3 = 3 cm di bawah tanah
3.3.2 Variabel Terikat
Y1 = pertumbuhan dan perkembangan
Y2 = kecepatan pertumbuhan
Y3 = pebedaan tinggi pertumbuhan
3.3.3 Variabel Kontrol
Z1 = Sinar matahari
Z2 = air
Z3 = kualitas biji
Z4 = tanah
Z5 = nutrisi
Z6 = suhu
3.3.4 Jumlah Sampel (3)
n(t-1) >= 16
n(3-1) >= 16
n >= 8
3.4
Alat dan Bahan
Biji kacang merah (12 biji)
Penggaris
Aqua gelas bekas (3 buah)
Gunting
Tanah
Air
Bibit kacang merah
3.5
Langkah Kerja
a.
Siapkanmedia
tanam berupa aqua gelas, beri lubang di bawah gelas.
b.
Isi dengan tanah
dan siram dengan air.
c.
Sebar bibit pada
posisi yang berbeda-beda, dipermukaan tanah, 2 cm di bawah tanah, 3 cm di bawah
tanah.
d.
Perhatikan
pertumubuhan, kecepatan berkecambah dan tingginya.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1
HASIL PENGAMATAN
Aktivitas
|
Waktu
|
Status
|
Keterangan
|
||
Tanaman I
(di atas tanah)
|
Tanaman II
(2 cm di dalam tanah)
|
Tanaman III
(3 cm di dalam tanah)
|
|||
Penanaman
|
Sabtu, 13/08/2016
13.22 WIB
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah biji = 4
per gelas
|
Pengamatan I
|
Senin, 15/08/2016
07.15 WIB
|
Belum tumbuh
|
Belum tumbuh
|
Belum tumbuh
|
Penyiraman petama
|
Pengamatan II
|
Kamis, 18/08/2016
15.30 WIB
|
Belum tumbuh
|
9 cm dari
permukaan tanah
|
10 cm dari
permukaan tanah
|
Penyiraman kedua
|
Pengamatan III
|
Sabtu, 20/08/2016
13.30 WIB
|
Belum tumbuh
|
24 cm dari
permukaan tanah
|
28 cm dari
permukaan tanah
|
Penyiraman ketiga
Tanaman telah
berdaun
|
Pengamatan IV
|
Senin, 22/08/2016
15.10 WIB
|
Belum tumbuh
|
33 cm dari
permukaan tanah
|
38 cm dari permukaan
tanah
|
Tanaman layu dan perlu dipindahkan
|
Pemindahan I
|
Rabu, 24/08/2016
14.58 WIB
|
Belum tumbuh
|
Dipindahkan ke
polybag
|
Polybag di isi
tanah berpupuk
|
|
Pemindahan II
|
Kamis, 25/08/2016
07.15 WIB
|
Belum tumbuh
|
Dipindahkan ke
polybag
|
Polybag di isi
tanah berpupuk
|
|
Pengamatan V
|
Senin, 29/08/2016
07.00
|
Belum tumbuh
|
Tanaman layu
|
Tanaman layu
|
Tanaman yang
dipindahkan menjadi layu.
|
Pengamatan VI
|
Kamis, 1/09/2016
07.00
|
Belum tumbuh
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
-
|
Pengamatan VII
|
Kamis, 8/09/2016
07.00
|
Tanaman
telah tumbuh
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
4.2
PEMBAHASAN
Pada
praktikum tentang ini meneliti tentang pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kacang merah.Uji kedalaman
tanah dimana dilakukan tiga perlakuan yang masing-masing perlakuan berbeda-beda
kedalaman tanamannya, yatitu
perlakuan pertama sedalam 3 cm, kedua 2 cm dan di atas tanah. Berikut grafik
dari tiap tiap variabel percobaan :



Hasil rincian dari grafik di atas menunujukan bahwasannya
tanaman kacang merah yang ditanam lebih dalam lebih cepat pertumbuhannya dan
juga lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang kami lakukan, kami
mendapati bahwa semakin dalam kedalaman kacang yang ditanam, maka semakin cepat
pula pertumbuhannya. Namun, jika kacang ditanam di atas permukaan tanah, maka
tidak terjadi pertumbuhan pada kacang tersebut.Hal
ini salah satunya dikarenakan biji kacang merah termasuk kedalam jenis
perkecambahan epigeal, yaitu perkecambahan di dalam tanah. Hipotesis kami yaitu
:
-
Proses
perkecambahan di dalam tanah akan lebih lama dibanding proses perkecambahan di
atas tanah.
-
Kedalaman
penanaman berdampak pada pertumbuhan tanaman sehingga bibit yang ditanam
terlalu dalam akan tumbuh lebih lama.
-
Tanaman yang
ditanam di atas tanah akan lebih tinggi setelah 30 hari.
Tidak
sesuai dengan hasil penelitian kami, dan pada akhirnya kami sampai pada
kesimpulan yang baru.
5.2
Saran
Setelah melakukan penelitian ini kami menghimbau kepada
pembaca untuk mencari tahu bagaimana cara perkecambahan berbagai biji ketika
hendak menanam. Selain itu, harus diperhatikan juga berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Nama Kelompok
Arif Hidayat
Ayu Indah
Sulthon Abdul Azis
Widya Ningsih
XII MIPA 1
Labels: Time Biologi
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home