TUGAS BAHASA INDONESIA MEMBUAT OTOBIOGRAFI
TUGAS BAHASA INDONESIA "MEMBUAT OTOBIOGRAFI"
Pengertian AutoBiografi
Menurut (KBBI) autobiografi adalah riwayat hidup hidup pribadi yang ditulis sendiri. Dalam hal ini, autobiografi merupakan catatan dirinya sendiri. Artinya autobiografi adalah sebuah biografi yang didalamnya menceritakan riwayat hidup atau pengalaman pribadi yang ditulis oleh dirinya sendiri. Isi didalam autobiografi berisi tentang pengalaman dari kecil hingga keadaan sang penulis sekarang ini, dari yang paling sulit hingga mencapai keberhasilan yang besar atau prestasi yang dicapainya semasa hidupnya. Penulisan autobiografi didasarkan pada ingatan pengalaman oleh penulis. singkatnya autobiografi adalah perjalanan hidup diri sendiri.
Contoh Autobiografi
Sepenggal Kisah Hidupku
(Otobiografi Arif Hidayat)

Nama saya Arif
Hidayat, orang - orang biasanya memanggil dengan sebutan Arif, tapi tidak
jarang semenjak masuk SMA saya dipanggil dengan sebutan Mr. Bd (Bearnad). Saya
tidak tahu persis mengapa orang memanggil saya demikian, mungkin karena saya
lucu dan mirip karakter kartun Bearnad Bear, tapi itu semua tidak begitu
penting. Saya dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada Hari Jum’at tanggal 23 Maret
1998, disesuaikan dengan akta kelahiran. Lahir dari pasangan suami istri yang
Insya Allah sakinnah, mawadah, warahmah yaitu Bapak Sahri Suryana dan Ibu Esur
Suryamah. Semenjak saya dilahirkan ayah saya bekerja sebagai seorang peternak,sehingga
setiap hari saya dapat bertemu dengan beliau, apalagi dengan ibu, yang seorang
ibu rumah tangga tentunya, menjadikan saya seorang anak yang beruntung bisa
mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuasejaksayadilahirkan. Saya merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Saya
memiliki dua orang kakak dan dua orang adik, yaitu Ade Yati Nurhayati, Eman
Sulaeman, Alan Suherlan, dan Andi Nurman Firmansyah. Gaduh, ramai, pertengkaran
berbalut kerukunan, kasih sayang orang tua dan banyak hal yang membuat saya
kerasan di rumah, walaupun ibu adalah seorang ibu yang protektif, tapi saya senang
akan hal itu. “Bahagia itu sederhana, asalkan ada orang yang menyayangi
disampingmu”.


Tentang masa kecil saya, saya sebenarnya tidak begitu
ingat tentang segala hal yang terjadi saat itu, baru saat saya menginjak umur antara
empat sampai lima tahun, kisah masa kecil saya tersimpan dalam memori. Masa kecil
yang menyenangkan menurut saya, masa dimana tidak ada masalah yang membebani,
masa yang hanya berpikir untuk bermain dan melakukan hal hal yang membuat hati bahagia
bersama teman teman.
Pada saat itu, belum ada berbagai permainan digital
yang pada saat ini menjadi primadona bagi setiap orang. Kami masih memanfaatkan
segala sesuatu yang ada di alam untuk membuat suatu permainan yang
menyenangkan. Kami masih memainkan berbagai permainan tradisional seperti,
petak umpet, engkle, egrang, gatrik, kelereng, dan lain sebaginya. Semua permainan
itu membuat kami dapat bertemu setiap hari dan menghabiskan waktu dengan tertawa
bersama. Momen masa kecil yang selalu terkenang dalam benak adalah kenangan pada
saat memancing di sungai bersama adik saya. Waktu itu kami belum memiliki kolam
ikan kami sendiri, sehingga ketika ingin memancing kami harus melakukannya di sungai yang ada di
dekat rumah kami. Akan tetapi, tidak menjadi masalah bagi kami walau harus memancing
di sungai, toh kami senang melakukannya. Untuk menambah semangat kami dalam memancing,
biasanya saya menantang adik saya berlomba siapa yang mendapatkan ikan terlebih
dahulu. Hal ini, di samping memacu kami, juga tidak jarang memicu pertengkaran
di antara kami. Pertengkaran dari hal sepele, yang tidak akan berhenti sebelum
ayah marah kepada kami. Sungguh menakutkan melihat sosok ayah yang sedang marah,
membuat kami tidak pernah berniat sedikit pun untuk melawan beliau.
Saya sadar betul, bahwa waktu kecil adalah masa keegoisan
saya, masa dimana saya merasa selalu benar, masa dimana saya selalu ingin menang
sendiri, masa dimana saya sering melukai adik saya, dan hal buruk lainnya.
Pertengkaran diantara kami merupakan kenangan yang mewarnai hidup saya. Kenakalan yang merupakan sisi
kepribadian saya yang lain.
Menginjak usia
tujuh tahun, menandakan sudah saatnya bagi saya untuk mengenyam pendidikan.
Orang tua saya langsung mendaftarkan saya ke sekolah dasar tanpa masuk jenjang
pendidikan anak usia dini. Alasannya, memang belum ada lembaga PAUD dilingkungan
tempat saya tinggal waktu itu. Tapi hal itu tidak membuat saya minder, karena walupun
keadaannya demikian, saya memiliki seorang kakak yang sangat baik yang dengan
senang hati mengajari saya untuk sekadar membaca, menulis, dan berhitung.
Tepat tanggal 11
Juli 2005 saya diantar oleh
ayah menuju tempat saya mencari ilmu, dan pada hari itu juga saya resmi menjadi
seorang siswa di SD Negeri 1 Pusakasari. Senang rasanya, bisa bertemu dengan teman
- teman baru yang akan menemani awal perjalanan hidup saya di sekolah dasar.
Jumlah siswa yang mendaftar tahun itu hanya sepuluh orang, jumlah yang tidak
banyak memang. Akan tetapi, jumlah yang sedikit itu tentunya akan mengurangi
beban seorang guru dalam hal mendidik muridnya dan juga membuat kami tidak
terlalu sulit untuk segera salingmengenalsatusama lain.
Hari itu, akhirnya saya bertemu dengan guru yang
sebenarnya, hari itu juga saya dipilih untuk menjadi seorang ketua murid. Hal
baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Semenjak hari itu, saya mulai mengenal
pekerjaan rumah yang sedikit membatasi waktu saya untuk bermain. Hidup saya menjadi
lebih teratur setelah masuk sekolah.
Sebenarnya saya merupakan salah satu siswa yang
tidak terlalu rajin dalam belajar, merupakan siswa yang belum mengenal disiplin
saat itu, siswa yang masih menyukai sifat kenakalan dalam diri saya. Puncak kenakalan
di masa sekolah dasar adalah pada saat kelas 3 .Waktu itu saya pernah dimarahi oleh
kepala sekolah, dikarenakan main petak umpet di sekolah, juga menginjak injak bangku
kelas. Hal yang wajar menurut sudut pandang saya pada saat itu.
Pada saat kelas 3 juga, motivasi belajar saya menurun.
Penyebabnya adalah kakak saya waktu itu membeli suatu permainan tendo .Sontak,
hampir setiap hari saya merengek meminta untuk bermain tendo kepada kakak saya.
Saya benar benar terhipnotis oleh permainan ini, saya tidak peduli berapa jam
waktu yang saya habiskan untuk bermain tendo, saya akan bermain walaupun seharian
bila perlu. Sisi lain dirisaya yang menyukai game. Perilaku saya yang tidak
normal tersebut akhirnyamemicu kemarahan orang tua saya, yang menginginkan anaknya
untuk lebih banyak belajar ketimbang bermain game. Permainan tersebut akhirnya disembunyikan
oleh ayah saya di tempat yang sulit ditemukan oleh saya. awalnya, sulit untuk melupakan
permainan tersebut, namun lambat laun saya mulai dapat melupakan permainan yang
membuat saya lupa untuk belajar.
Setelah berbagai kesalahan saya lakukan di kelas 3, ketika
kelas 4 sampai dengan 6 adalah waktu dimana saya mulai meluruskan perilaku.
Saya mulai belajar dengan rajin, menaati peraturan, disiplin dan mengurangi waktu
bermain. Segala usaha yang saya lakukan terbukti memberikan hasil dengan semakin
meningkatnya nilai tiap semester. Sesuatu yang patut disyukuri. Puncaknya adalah
kelas 6 dimana waktu itu kami dihadapkan dengan suatu ujian yang berat, yaitu Ujian
Nasional. Walaupun pada awalnya ujian nasional itu menakutkan namun dengan usaha
dan kerja keras disertai doa, akhirnya saya dapat melewati ujian tersebut dan
Alhamdulillah memperoleh hasil yang tidak mengecewakan.
Enam tahun di sekolah dasar tidaklah begitu lama,
dengan diri saya yang masih kekanak kanakan sebenarnya saya masih bisa meraih beberapa
prestasi di sekolah dasar, seperti peringkat kesatu dari kelas satu sampai kelas
enam, juara 2 lomba MIPA, juara 6 lomba murid teladan, juara 1 voli, sepak
bola, atletik O2SN, danton terbaik, dan juara
3 baris berbaris. Walaupun tingkatannya masih wilayah kecamatan dan kabupaten.
Prestasi tersebut sebenarnya merupakan bentuk implementasi dari moto hidup saya
yaitu“you must be the best and do the best”.
Usai menempuh pendidikan dasar yang penuh dengan suka
dan duka, tangis dan tawa, serta setelah perpisahan dan kelulusan saya melangkah
menuju fase hidup saya yang baru, masa awal remaja dan sekolah menengah pertama.
Berbeda dengan saat awal masuk sekolah dasar, daftar ke SMP terasa biasa saja.
Mungkin dikarenakan saya masih sedih meninggalkan sekolah dasar yang telah memberikan
banyak hal pada saya. Namun, di sisi lain juga saya sadar bahwa hidup harus senantiasa
berjalan dan saya harus siap menerima setiap perubahan.

Setelah
melengkapi
berbagai persyaratan, dengan
ditemani sang ayah, saya mendaftar ke SMP Negeri 1 Cipaku. Tempat dimana nantinya
saya meneruskan perjuangan menuntut ilmu. Seminggu setelah
pendaftaran, hari pertama
masuk SMP pun tiba. Berbeda saat hari pertama masuk di SD dulu, saat masuk SMP saya harus mengikuti masa MOPD
dahulu, yaitu asa pengenalan bagi siswa baru. Konteks dari
MOPD selain ditujukan untuk masa perkenalan diantara para siswa juga masa bagi
siswa baru dikenalkan dengan lingkungan, para guru, serta peraturan peraturan
yang ada di SMP. Jumlah siswa yang mendaftar dan seangkatan dengan saya kurang
lebih ada 320 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas, sehingga setiap kelasnya
kurang lebih berjumlah 40 orang. Jumlah yang cukup banyak, dan menuntut saya
untuk dapat cepat beradaptasi dengan suasana baru tersebut.


Tidak memerlukan waktu yang lama bagi saya untuk
menemukan kenyamanan di sekolah ini. Saya sangat bersyukur dapat mengenal teman
baik seperti mereka yang memotivasi saya untuk segera sadar dan bangkit dari
kenangan di sekolah dasar. Di sekolah ini saya memulai mengenal apa yang
dinamakan organisasi karena pada saat kelas 7 saya terpilih untuk menjadi
pengurus organisasi intra sekolah, sesuatu yang patut disyukuri. Dari
organisasi ini saya dapat lebih disiplin lagi dan belajar untuk bertanggung
jawab. Dari organisasi ini pula saya bisa lebih dikenal oleh para guru juga
kakak kelas. Setelah mengenal organisasi, saya memutuskan untuk memilih
menghabiskan waktu saya di sekolah dengan banyak mengikuti ekstrakurikuler,
seperti ; basket, MIPA Club, voli, pramuka, dan kesenian. Semua kegiatan yang
saya jalani membuat saya pulang ke rumah sore setiap hari. Tapi tidak ada beban
saat itu, orang tua saya pun sangat mendukung, mereka berpikir lebih baik
anaknya mengikuti banyak kegiatan yang menghabiskan waktunya di sekolah
daripada bergaul dengan lingkungan yang tidak baik. “suatu kegiatan tidak akan
sia sia, jika kau melakukannya dengan hati”. Dari kegiatan yang sibuk tersebut,
saya dapat mengembangkan keterampilan saya dan mulai mengikuti berbagai
perlombaan. Salah satunya alimpaido, yaitu perlombaan yang mempertandingkan berbagai
permainan tradisional di Jawa Barat. Sekolah kami ditunjuk langsung oleh
Kabupaten Ciamis sebagai perwakilannya. Lomba tersebut dilaksanakan di
Kabupaten Kuningan dan setiap peserta di tempatkan di Hotel Ayong sebagai
tempat penginapan. Ini merupakan pertama kalinya bagi saya dapat menginap dan
menikmati malam di hotel.


Keesokan harinya,bersama empat teman saya dan juga
dua orang guru, kami memulai perjuangan untuk menjadi juara. Di hari pertama
itu, kami dapat memetik kemenangan dengan mengalahkan Kabupaten Bandung Barat.
Kemenangan yang membuat kami semakin bersemangat dan menutup hari itu dengan
perasaan bahagia. Di hari kedua, kami berhadapan dengan Kabupaten Sumedang dan
Alhamdulillah kami dapat memetik kemenangan kembali dan menuju ke perempat
final. Beberapa jam kemudian, kami bertarung kembali melawan Kabupaten
Indramayu, namun keberuntungan tidak berpihak kepada kami dalam pertandingan
itu, kami pun kalah dan harus rela pulang dengan perasaan kecewa. Kekecewaan
itu kami tunjukan dengan tangisan di sepanjang jalan. Namun, apalah daya,
itulah hasil yang harus kami terima dengan terpaksa.
Setelah kekalahan yang menyakitkan itu, saya
berpikir untuk membalasnya di lomba berikutnya, dan saya jadi membenci
kekalahan, bagi saya alasan bahwa “kekalahan adalah kemenangan yang tertunda” adalah alasan yang diciptakan dari ketidakmampuan diri. Semenjak itu, saya melakukan usaha lebih diberbagai
perlombaan supaya tidak mendapatkan hasil mengecewakan lagi. Hasilnya, alhamdulillah saya dapat meraih beberapa
prestasi diantaranya adalah, juara 1 Lomba Hiking Rally Cyradika Se- Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta di SMAN 1 C iamis. Salah satu lomba kepramukaan yang cukup bergengsi
di daerah saya. Selain itu, saya meraih juara 2 Lomba FL2SN musik kontemporer
tingkat Kabupaten, juara 1 O2SN Basket tingkat komisariat, dan juara 5 lomba
tata upacara bendera tingkat Kabupaten. Prestasi yang tidak begitu prestisius
namun sangat membekas di hati saya. Dengan banyaknya kegiatan yang saya lakukan
di sekolah, alhamdulillah prestasi di dalam kelas tidak saya lupakan, saya bisa
meraih peringkat satu di kelas dan juga rangking dua pararel di sekolah dari
kelas tujuh sampai kelas sembilan.


Setelah naik ke kelas
sembilan, saya mulai melepaskan berbagai aktivitas saya di kegiatan
ekstrakurikuler. Selain karena rekomendasi dari guru guru, sebuah tuntutan dari
dalam diri saya untuk menyiapkan diri menghadapi ujian nasional dan masuk ke
sekolah menengah atas. Masa masa kelas sembilan dipenuhi dengan berbagai ujian
yang membuat saya jenuh. Berbeda pada saat kelas 7 dan 8 yang lebih
menyenangkan menurutku. Namun, kejenuhan itu harus saya lalui mau tidak mau,
demi masa depan dan hidup yang senantiasa berubah. Karena pada akhirnya semua
ujian itu dapat saya lalui. Setelah ujian nasional dan dinyatakan lulus, ada
satu hal yang membuat saya bimbang saat itu, yaitu mau kemana saya setelah ini.
Kebimbangan itu muncul ketika hendak memilih sekolah menengah atas yang
merupakan destinasi kehidupan saya selanjutnya dalam mencari ilmu. Waktu itu
saya sempat berpikir untuk melanjutkan sekolah ke SMK jurusan teknik mesin,
karena saya pikir lulusan SMK dapat segera bekerja setelah lulus. Selain itu,
saya berpikir untuk tidak memberatkan beban orang tua saya dengan tidak memilih
sekolah favorit, karena saya tahu saya masih memiliki adik yang harus dibiayai
juga oleh orang tua saya. Namun, Alhamdulillah, Allah memberikan rejeki yang
lebih baik ternyata, saya mendapat kabar bahwa di daerah Cisarua Kabupaten
Bandung Barat ada sebuah yayasan milik pemerintah Jawa Barat yang menyediakan
pendidikan gratis bagi para siswanya, yaitu Asrama Bina Siswa SMA Plus Cisarua.
Siswa siswinya disekolahkan di SMAN 1 Cisarua. Sebelum masuk keasrama ini saya
harus mengikuti beberapa tahap seleksi. Tahap pertama saya harus mengikuti
tahapan seleksi administrasi dengan mengirimkan beberapa berkas persyaratan.
Setelah menanti beberapa hari, alhamdulillah saya mendapat panggilan dari pihak
asrama untuk mengikuti tahapan seleksi selanjunya, yaitu tes kesehatan, jasmani,
wawancara, dan akademik. Ada sekitar 150 siswa yang dipanggil dari seluruh
pelosok Jawa Barat terdiri dari 100 orang siswa dan 50 orang siswi yang
nantinya dikerucutkan menjadi 70 orang siswa terpilih. Pesimis memang kalau
melihat peta persaingan dan kenyataan yang harus saya hadapi. Saya tidak begitu
yakin bahwa saya akan diterima di asrama ini dan saya pun meminta kepada Allah
dengan kalimat “ jika diterima adalah hal terbaik yang bisa saya dapatkan maka
berilah hamba kemudahan, namun jika sebaliknya, sediakanlah tempat terbaik bagi
saya, aamiin”.
Setelah tiga hari
melakukan seleksi, tibalah saat saat yang menegangkan yaitu pengumuman hasil
antara diterima dan tidak. Dan setelah saya buka surat keputusan di tangan saya
alhamdulillah hasilnya menunjukan bahwa saya diterima. Alhamdulillah , saya
sangat bersyukur kepada Allah yang percaya bahwa disini adalah tempat terbaik
bagi saya untuk menuntut ilmu. Senang rasanya bisa sedikit meringankan beban
orang tua.
Dibalik sebuah
keputusan ada sebuah resiko yang mesti diterima, menuntut ilmu di asrama ini
tentunya harus mengorbankan kebersamaan dengan orang tua yang ada di rumah,
meninggalkan kampung halaman. Sebuah keputusan yang harus diambil meski dengan
berat hati pada awalnya. Sedih, gundah, resah, dan gelisah mengiringi
perjalanan awal saya di kehidupan saya selanjutnya. Tapi semua perasaan itu
dapat diatasi dengan adanya motivasi dalam diri.
Cerita di asrama
diawali dengan suatu kegiatan yang bernama MOSA, masa orientasi siswa asrama, yaitu
masa pengenalan tata cara hidup di asrama. Yang namanya MOSA menurutku adalah
kegiatan yang sangat luar biasa, sangat melelahkan, dan sangat sangat yang
lainnya. Setelah MOSA berakhir kehidupan di asrama pun dijalani. Adaptasi
adalah hal yang penting dalam menyesuaikan dengan kehidupan asrama yang sibuk.
Anak asrama dituntut untuk dapat menajemen waktu dengan baik, karena kegiatan
di asrama banyak sekali, mulai dari bangun sampai tidur lagi. Siswa asrama di
sekolahkan di SMAN 1 Cisarua. Selain, mendapatkan pelajaran formal di sekolah
saya juga mendapat pelajaran tambahan sepulang sekolah seperti, akuntansi,
kewirausahaan, bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan komputer. Sesudah melaksanakan
KBM kami diharuskan mengikuti kegiatan keagamaan dari sejak magrib sampai Isya.
Setelah mengikuti kegiatan keagamaan, saya harus kembali belajar dari pukul
20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Nah, baru setelah belajar saya dapat
mengistirahatkan diri saya dan menutup hari dengan tidur. Berbagai kegiatan yang
sibuk itu yang mendasari penambahan kata “plus”, pada nama intansi asrama.
Suatu momen yang
biasanya sangat di tunggu tunggu oleh setiap anak asrama termasuk saya adalah
ketika di ijinkan pulang ke rumah, bisa karena libur semester, libur hari raya,
atau kepentingan yang mendesak. Momen ketika saya dapat bertemu kembali dengan
orang tua dan juga keluarga yang terasa begitu berharga semenjak dipisahkan
oleh jarak dan waktu. Senang bercampur haru ketika dapat meraih kedua orang tua
kembali, dapat menikmati kasih sayang mereka, bersenda gurau dengan mereka,
bertemu dengan kawan lama, suatu kenikmatan yang luar biasa, walaupun hanya
beberapa hari saja. Setelah waktu libur pun habis saya harus kembali, dan
menjalani rutinitas yang sibuk di asrama.
Di SMAN 1 Cisarua saya meneruskan kegiatan
organisasi saya, saya mengikuti organisasi siswa intra sekolah. Berbeda dengan
OSIS di SMP, organisasi di SMA ini jauh lebih hebat tentunya. Hal itu
dikarenakan, kami dituntut lebih mandiri dalam setiap perencanaan kegiatan yang
akan kami laksanakan, hal ini tentunya bagus sebagai bahan pembelajaran bagi
kami. Di SMA ini tampaknya ada sedikit penurunan pada kualitas hidup saya.
Prestasi saya lebih menurun kalau dibandingkan dengan prestasi di SMP dulu. Di
masa SMA ini saya merasa lebih banyak mendapatkan pelajaran kehidupan yang sangat
berguna bagi kehidupan saya ke depannya.
Nah, setelah SMA
ini, rencananya saya akan meneruskan pendidikan saya ke perguruan tinggi
kedinasan yaitu di PKN STAN, dan berusaha untuk membuat diri saya lebih
bermanfaat bagi agama, keluarga, bangsa, dan Negara. Semoga saya dapat meraih
mimpi saya kedepannya.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home