Saturday, October 1, 2016

TUGAS BAHASA INDONESIA MEMBUAT OTOBIOGRAFI

TUGAS BAHASA INDONESIA "MEMBUAT OTOBIOGRAFI"

Pengertian AutoBiografi

Menurut (KBBI) autobiografi adalah riwayat hidup hidup pribadi yang ditulis sendiri. Dalam hal ini, autobiografi merupakan catatan dirinya sendiri. Artinya autobiografi adalah sebuah biografi yang didalamnya menceritakan riwayat hidup atau pengalaman pribadi yang ditulis oleh dirinya sendiri. Isi didalam autobiografi berisi tentang pengalaman dari kecil hingga keadaan sang penulis sekarang ini, dari yang paling sulit hingga mencapai keberhasilan yang besar atau prestasi yang dicapainya semasa hidupnya. Penulisan autobiografi didasarkan pada ingatan pengalaman oleh penulis. singkatnya autobiografi adalah perjalanan hidup diri sendiri. 

Contoh Autobiografi

Sepenggal Kisah Hidupku
(Otobiografi Arif Hidayat)
Nama saya Arif Hidayat, orang - orang biasanya memanggil dengan sebutan Arif, tapi tidak jarang semenjak masuk SMA saya dipanggil dengan sebutan Mr. Bd (Bearnad). Saya tidak tahu persis mengapa orang memanggil saya demikian, mungkin karena saya lucu dan mirip karakter kartun Bearnad Bear, tapi itu semua tidak begitu penting. Saya dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada Hari Jum’at tanggal 23 Maret 1998, disesuaikan dengan akta kelahiran. Lahir dari pasangan suami istri yang Insya Allah sakinnah, mawadah, warahmah yaitu Bapak Sahri Suryana dan Ibu Esur Suryamah. Semenjak saya dilahirkan ayah saya bekerja sebagai seorang peternak,sehingga setiap hari saya dapat bertemu dengan beliau, apalagi dengan ibu, yang seorang ibu rumah tangga tentunya, menjadikan saya seorang anak yang beruntung bisa mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuasejaksayadilahirkan. Saya merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Saya memiliki dua orang kakak dan dua orang adik, yaitu Ade Yati Nurhayati, Eman Sulaeman, Alan Suherlan, dan Andi Nurman Firmansyah. Gaduh, ramai, pertengkaran berbalut kerukunan, kasih sayang orang tua dan banyak hal yang membuat saya kerasan di rumah, walaupun ibu adalah seorang ibu yang protektif, tapi saya senang akan hal itu. “Bahagia itu sederhana, asalkan ada orang yang menyayangi disampingmu”.
Text Box: Foto bersama saudara

Tentang masa kecil saya, saya sebenarnya tidak begitu ingat tentang segala hal yang terjadi saat itu, baru saat saya menginjak umur antara empat sampai lima tahun, kisah masa kecil saya tersimpan dalam memori. Masa kecil yang menyenangkan menurut saya, masa dimana tidak ada masalah yang membebani, masa yang hanya berpikir untuk bermain dan melakukan hal hal yang membuat hati bahagia bersama teman teman.
Pada saat itu, belum ada berbagai permainan digital yang pada saat ini menjadi primadona bagi setiap orang. Kami masih memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam untuk membuat suatu permainan yang menyenangkan. Kami masih memainkan berbagai permainan tradisional seperti, petak umpet, engkle, egrang, gatrik, kelereng, dan lain sebaginya. Semua permainan itu membuat kami dapat bertemu setiap hari dan menghabiskan waktu dengan tertawa bersama. Momen masa kecil yang selalu terkenang dalam benak adalah kenangan pada saat memancing di sungai bersama adik saya. Waktu itu kami belum memiliki kolam ikan kami sendiri, sehingga ketika ingin memancing kami  harus melakukannya di sungai yang ada di dekat rumah kami. Akan tetapi, tidak menjadi masalah bagi kami walau harus memancing di sungai, toh kami senang melakukannya. Untuk menambah semangat kami dalam memancing, biasanya saya menantang adik saya berlomba siapa yang mendapatkan ikan terlebih dahulu. Hal ini, di samping memacu kami, juga tidak jarang memicu pertengkaran di antara kami. Pertengkaran dari hal sepele, yang tidak akan berhenti sebelum ayah marah kepada kami. Sungguh menakutkan melihat sosok ayah yang sedang marah, membuat kami tidak pernah berniat sedikit pun untuk melawan beliau.
Saya sadar betul, bahwa waktu kecil adalah masa keegoisan saya, masa dimana saya merasa selalu benar, masa dimana saya selalu ingin menang sendiri, masa dimana saya sering melukai adik saya, dan hal buruk lainnya. Pertengkaran diantara kami merupakan kenangan yang  mewarnai hidup saya. Kenakalan yang merupakan sisi kepribadian saya yang lain.   
Menginjak usia tujuh tahun, menandakan sudah saatnya bagi saya untuk mengenyam pendidikan. Orang tua saya langsung mendaftarkan saya ke sekolah dasar tanpa masuk jenjang pendidikan anak usia dini. Alasannya, memang belum ada lembaga PAUD dilingkungan tempat saya tinggal waktu itu. Tapi hal itu tidak membuat saya minder, karena walupun keadaannya demikian, saya memiliki seorang kakak yang sangat baik yang dengan senang hati mengajari saya untuk sekadar membaca, menulis, dan berhitung.
Tepat tanggal 11 Juli 2005 saya diantar oleh ayah menuju tempat saya mencari ilmu, dan pada hari itu juga saya resmi menjadi seorang siswa di SD Negeri 1 Pusakasari. Senang rasanya, bisa bertemu dengan teman - teman baru yang akan menemani awal perjalanan hidup saya di sekolah dasar. Jumlah siswa yang mendaftar tahun itu hanya sepuluh orang, jumlah yang tidak banyak memang. Akan tetapi, jumlah yang sedikit itu tentunya akan mengurangi beban seorang guru dalam hal mendidik muridnya dan juga membuat kami tidak terlalu sulit untuk segera salingmengenalsatusama lain.
Hari itu, akhirnya saya bertemu dengan guru yang sebenarnya, hari itu juga saya dipilih untuk menjadi seorang ketua murid. Hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Semenjak hari itu, saya mulai mengenal pekerjaan rumah yang sedikit membatasi waktu saya untuk bermain. Hidup saya menjadi lebih teratur setelah masuk sekolah.
Sebenarnya saya merupakan salah satu siswa yang tidak terlalu rajin dalam belajar, merupakan siswa yang belum mengenal disiplin saat itu, siswa yang masih menyukai sifat kenakalan dalam diri saya. Puncak kenakalan di masa sekolah dasar adalah pada saat kelas 3 .Waktu itu saya pernah dimarahi oleh kepala sekolah, dikarenakan main petak umpet di sekolah, juga menginjak injak bangku kelas. Hal yang wajar menurut sudut pandang saya pada saat itu.
Pada saat kelas 3 juga, motivasi belajar saya menurun. Penyebabnya adalah kakak saya waktu itu membeli suatu permainan tendo .Sontak, hampir setiap hari saya merengek meminta untuk bermain tendo kepada kakak saya. Saya benar benar terhipnotis oleh permainan ini, saya tidak peduli berapa jam waktu yang saya habiskan untuk bermain tendo, saya akan bermain walaupun seharian bila perlu. Sisi lain dirisaya yang menyukai game. Perilaku saya yang tidak normal tersebut akhirnyamemicu kemarahan orang tua saya, yang menginginkan anaknya untuk lebih banyak belajar ketimbang bermain game. Permainan tersebut akhirnya disembunyikan oleh ayah saya di tempat yang sulit ditemukan oleh saya. awalnya, sulit untuk melupakan permainan tersebut, namun lambat laun saya mulai dapat melupakan permainan yang membuat saya lupa untuk belajar.
Setelah berbagai kesalahan saya lakukan di kelas 3, ketika kelas 4 sampai dengan 6 adalah waktu dimana saya mulai meluruskan perilaku. Saya mulai belajar dengan rajin, menaati peraturan, disiplin dan mengurangi waktu bermain. Segala usaha yang saya lakukan terbukti memberikan hasil dengan semakin meningkatnya nilai tiap semester. Sesuatu yang patut disyukuri. Puncaknya adalah kelas 6 dimana waktu itu kami dihadapkan dengan suatu ujian yang berat, yaitu Ujian Nasional. Walaupun pada awalnya ujian nasional itu menakutkan namun dengan usaha dan kerja keras disertai doa, akhirnya saya dapat melewati ujian tersebut dan Alhamdulillah memperoleh hasil yang tidak mengecewakan.
Enam tahun di sekolah dasar tidaklah begitu lama, dengan diri saya yang masih kekanak kanakan sebenarnya saya masih bisa meraih beberapa prestasi di sekolah dasar, seperti peringkat kesatu dari kelas satu sampai kelas enam, juara 2 lomba MIPA, juara 6 lomba murid teladan, juara 1 voli, sepak bola, atletik O2SN,  danton terbaik, dan juara 3 baris berbaris. Walaupun tingkatannya masih wilayah kecamatan dan kabupaten. Prestasi tersebut sebenarnya merupakan bentuk implementasi dari moto hidup saya yaitu“you must be the best and do the best”.
Usai menempuh pendidikan dasar yang penuh dengan suka dan duka, tangis dan tawa, serta setelah perpisahan dan kelulusan saya melangkah menuju fase hidup saya yang baru, masa awal remaja dan sekolah menengah pertama. Berbeda dengan saat awal masuk sekolah dasar, daftar ke SMP terasa biasa saja. Mungkin dikarenakan saya masih sedih meninggalkan sekolah dasar yang telah memberikan banyak hal pada saya. Namun, di sisi lain juga saya sadar bahwa hidup harus senantiasa berjalan dan saya harus siap menerima setiap perubahan.
Setelah melengkapi berbagai persyaratan, dengan ditemani sang ayah, saya mendaftar ke SMP Negeri 1 Cipaku. Tempat dimana nantinya saya meneruskan perjuangan menuntut ilmu. Seminggu setelah pendaftaran, hari pertama masuk SMP pun tiba. Berbeda saat hari pertama masuk di SD dulu, saat masuk SMP saya harus mengikuti masa MOPD dahulu, yaitu asa pengenalan bagi siswa baru. Konteks dari MOPD selain ditujukan untuk masa perkenalan diantara para siswa juga masa bagi siswa baru dikenalkan dengan lingkungan, para guru, serta peraturan peraturan yang ada di SMP. Jumlah siswa yang mendaftar dan seangkatan dengan saya kurang lebih ada 320 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas, sehingga setiap kelasnya kurang lebih berjumlah 40 orang. Jumlah yang cukup banyak, dan menuntut saya untuk dapat cepat beradaptasi dengan suasana baru tersebut.
Text Box: Salah satu foto di kelas

Tidak memerlukan waktu yang lama bagi saya untuk menemukan kenyamanan di sekolah ini. Saya sangat bersyukur dapat mengenal teman baik seperti mereka yang memotivasi saya untuk segera sadar dan bangkit dari kenangan di sekolah dasar. Di sekolah ini saya memulai mengenal apa yang dinamakan organisasi karena pada saat kelas 7 saya terpilih untuk menjadi pengurus organisasi intra sekolah, sesuatu yang patut disyukuri. Dari organisasi ini saya dapat lebih disiplin lagi dan belajar untuk bertanggung jawab. Dari organisasi ini pula saya bisa lebih dikenal oleh para guru juga kakak kelas. Setelah mengenal organisasi, saya memutuskan untuk memilih menghabiskan waktu saya di sekolah dengan banyak mengikuti ekstrakurikuler, seperti ; basket, MIPA Club, voli, pramuka, dan kesenian. Semua kegiatan yang saya jalani membuat saya pulang ke rumah sore setiap hari. Tapi tidak ada beban saat itu, orang tua saya pun sangat mendukung, mereka berpikir lebih baik anaknya mengikuti banyak kegiatan yang menghabiskan waktunya di sekolah daripada bergaul dengan lingkungan yang tidak baik. “suatu kegiatan tidak akan sia sia, jika kau melakukannya dengan hati”. Dari kegiatan yang sibuk tersebut, saya dapat mengembangkan keterampilan saya dan mulai mengikuti berbagai perlombaan. Salah satunya alimpaido, yaitu perlombaan yang mempertandingkan berbagai permainan tradisional di Jawa Barat. Sekolah kami ditunjuk langsung oleh Kabupaten Ciamis sebagai perwakilannya. Lomba tersebut dilaksanakan di Kabupaten Kuningan dan setiap peserta di tempatkan di Hotel Ayong sebagai tempat penginapan. Ini merupakan pertama kalinya bagi saya dapat menginap dan menikmati malam di hotel.
Text Box: Foto di halaman Hotel Ayong

Keesokan harinya,bersama empat teman saya dan juga dua orang guru, kami memulai perjuangan untuk menjadi juara. Di hari pertama itu, kami dapat memetik kemenangan dengan mengalahkan Kabupaten Bandung Barat. Kemenangan yang membuat kami semakin bersemangat dan menutup hari itu dengan perasaan bahagia. Di hari kedua, kami berhadapan dengan Kabupaten Sumedang dan Alhamdulillah kami dapat memetik kemenangan kembali dan menuju ke perempat final. Beberapa jam kemudian, kami bertarung kembali melawan Kabupaten Indramayu, namun keberuntungan tidak berpihak kepada kami dalam pertandingan itu, kami pun kalah dan harus rela pulang dengan perasaan kecewa. Kekecewaan itu kami tunjukan dengan tangisan di sepanjang jalan. Namun, apalah daya, itulah hasil yang harus kami terima dengan terpaksa.
Setelah kekalahan yang menyakitkan itu, saya berpikir untuk membalasnya di lomba berikutnya, dan saya jadi membenci kekalahan, bagi saya alasan bahwa “kekalahan adalah kemenangan yang tertunda” adalah alasan yang diciptakan dari ketidakmampuan diri. Semenjak itu, saya melakukan usaha lebih diberbagai perlombaan supaya tidak mendapatkan hasil mengecewakan lagi. Hasilnya, alhamdulillah saya dapat meraih beberapa prestasi diantaranya adalah, juara 1 Lomba Hiking Rally Cyradika Se- Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta di SMAN 1 C            iamis. Salah satu lomba kepramukaan yang cukup bergengsi di daerah saya. Selain itu, saya meraih juara 2 Lomba FL2SN musik kontemporer tingkat Kabupaten, juara 1 O2SN Basket tingkat komisariat, dan juara 5 lomba tata upacara bendera tingkat Kabupaten. Prestasi yang tidak begitu prestisius namun sangat membekas di hati saya. Dengan banyaknya kegiatan yang saya lakukan di sekolah, alhamdulillah prestasi di dalam kelas tidak saya lupakan, saya bisa meraih peringkat satu di kelas dan juga rangking dua pararel di sekolah dari kelas tujuh sampai kelas sembilan.
Text Box: Foto saat perpisahan

Setelah naik ke kelas sembilan, saya mulai melepaskan berbagai aktivitas saya di kegiatan ekstrakurikuler. Selain karena rekomendasi dari guru guru, sebuah tuntutan dari dalam diri saya untuk menyiapkan diri menghadapi ujian nasional dan masuk ke sekolah menengah atas. Masa masa kelas sembilan dipenuhi dengan berbagai ujian yang membuat saya jenuh. Berbeda pada saat kelas 7 dan 8 yang lebih menyenangkan menurutku. Namun, kejenuhan itu harus saya lalui mau tidak mau, demi masa depan dan hidup yang senantiasa berubah. Karena pada akhirnya semua ujian itu dapat saya lalui. Setelah ujian nasional dan dinyatakan lulus, ada satu hal yang membuat saya bimbang saat itu, yaitu mau kemana saya setelah ini. Kebimbangan itu muncul ketika hendak memilih sekolah menengah atas yang merupakan destinasi kehidupan saya selanjutnya dalam mencari ilmu. Waktu itu saya sempat berpikir untuk melanjutkan sekolah ke SMK jurusan teknik mesin, karena saya pikir lulusan SMK dapat segera bekerja setelah lulus. Selain itu, saya berpikir untuk tidak memberatkan beban orang tua saya dengan tidak memilih sekolah favorit, karena saya tahu saya masih memiliki adik yang harus dibiayai juga oleh orang tua saya. Namun,  Alhamdulillah, Allah memberikan rejeki yang lebih baik ternyata, saya mendapat kabar bahwa di daerah Cisarua Kabupaten Bandung Barat ada sebuah yayasan milik pemerintah Jawa Barat yang menyediakan pendidikan gratis bagi para siswanya, yaitu Asrama Bina Siswa SMA Plus Cisarua. Siswa siswinya disekolahkan di SMAN 1 Cisarua. Sebelum masuk keasrama ini saya harus mengikuti beberapa tahap seleksi. Tahap pertama saya harus mengikuti tahapan seleksi administrasi dengan mengirimkan beberapa berkas persyaratan. Setelah menanti beberapa hari, alhamdulillah saya mendapat panggilan dari pihak asrama untuk mengikuti tahapan seleksi selanjunya, yaitu tes kesehatan, jasmani, wawancara, dan akademik. Ada sekitar 150 siswa yang dipanggil dari seluruh pelosok Jawa Barat terdiri dari 100 orang siswa dan 50 orang siswi yang nantinya dikerucutkan menjadi 70 orang siswa terpilih. Pesimis memang kalau melihat peta persaingan dan kenyataan yang harus saya hadapi. Saya tidak begitu yakin bahwa saya akan diterima di asrama ini dan saya pun meminta kepada Allah dengan kalimat “ jika diterima adalah hal terbaik yang bisa saya dapatkan maka berilah hamba kemudahan, namun jika sebaliknya, sediakanlah tempat terbaik bagi saya, aamiin”.
Setelah tiga hari melakukan seleksi, tibalah saat saat yang menegangkan yaitu pengumuman hasil antara diterima dan tidak. Dan setelah saya buka surat keputusan di tangan saya alhamdulillah hasilnya menunjukan bahwa saya diterima. Alhamdulillah , saya sangat bersyukur kepada Allah yang percaya bahwa disini adalah tempat terbaik bagi saya untuk menuntut ilmu. Senang rasanya bisa sedikit meringankan beban orang tua.
Dibalik sebuah keputusan ada sebuah resiko yang mesti diterima, menuntut ilmu di asrama ini tentunya harus mengorbankan kebersamaan dengan orang tua yang ada di rumah, meninggalkan kampung halaman. Sebuah keputusan yang harus diambil meski dengan berat hati pada awalnya. Sedih, gundah, resah, dan gelisah mengiringi perjalanan awal saya di kehidupan saya selanjutnya. Tapi semua perasaan itu dapat diatasi dengan adanya motivasi dalam diri.
Cerita di asrama diawali dengan suatu kegiatan yang bernama MOSA, masa orientasi siswa asrama, yaitu masa pengenalan tata cara hidup di asrama. Yang namanya MOSA menurutku adalah kegiatan yang sangat luar biasa, sangat melelahkan, dan sangat sangat yang lainnya. Setelah MOSA berakhir kehidupan di asrama pun dijalani. Adaptasi adalah hal yang penting dalam menyesuaikan dengan kehidupan asrama yang sibuk. Anak asrama dituntut untuk dapat menajemen waktu dengan baik, karena kegiatan di asrama banyak sekali, mulai dari bangun sampai tidur lagi. Siswa asrama di sekolahkan di SMAN 1 Cisarua. Selain, mendapatkan pelajaran formal di sekolah saya juga mendapat pelajaran tambahan sepulang sekolah seperti, akuntansi, kewirausahaan, bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan komputer. Sesudah melaksanakan KBM kami diharuskan mengikuti kegiatan keagamaan dari sejak magrib sampai Isya. Setelah mengikuti kegiatan keagamaan, saya harus kembali belajar dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Nah, baru setelah belajar saya dapat mengistirahatkan diri saya dan menutup hari dengan tidur. Berbagai kegiatan yang sibuk itu yang mendasari penambahan kata “plus”, pada nama intansi asrama.
Suatu momen yang biasanya sangat di tunggu tunggu oleh setiap anak asrama termasuk saya adalah ketika di ijinkan pulang ke rumah, bisa karena libur semester, libur hari raya, atau kepentingan yang mendesak. Momen ketika saya dapat bertemu kembali dengan orang tua dan juga keluarga yang terasa begitu berharga semenjak dipisahkan oleh jarak dan waktu. Senang bercampur haru ketika dapat meraih kedua orang tua kembali, dapat menikmati kasih sayang mereka, bersenda gurau dengan mereka, bertemu dengan kawan lama, suatu kenikmatan yang luar biasa, walaupun hanya beberapa hari saja. Setelah waktu libur pun habis saya harus kembali, dan menjalani rutinitas yang sibuk di asrama.  
     Di SMAN 1 Cisarua saya meneruskan kegiatan organisasi saya, saya mengikuti organisasi siswa intra sekolah. Berbeda dengan OSIS di SMP, organisasi di SMA ini jauh lebih hebat tentunya. Hal itu dikarenakan, kami dituntut lebih mandiri dalam setiap perencanaan kegiatan yang akan kami laksanakan, hal ini tentunya bagus sebagai bahan pembelajaran bagi kami. Di SMA ini tampaknya ada sedikit penurunan pada kualitas hidup saya. Prestasi saya lebih menurun kalau dibandingkan dengan prestasi di SMP dulu. Di masa SMA ini saya merasa lebih banyak mendapatkan pelajaran kehidupan yang sangat berguna bagi kehidupan saya ke depannya.
Nah, setelah SMA ini, rencananya saya akan meneruskan pendidikan saya ke perguruan tinggi kedinasan yaitu di PKN STAN, dan berusaha untuk membuat diri saya lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, bangsa, dan Negara. Semoga saya dapat meraih mimpi saya kedepannya.


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home