CONTOH ESSAY
NAMA
: Arif Hidayat
KELAS : XII MIPA 1
PENTINGNYA PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DALAM MEMUPUK RASA NASIONALISME
Sudah
71 tahun lamanya negara Indonesia yang kita cintai ini memproklamirkan
kemerdekaannya dan mengambil langkah pasti untuk menentukan nasib di tangannya
sendiri. Tidak akan pernah dan jangan pernah hilang dari ingatan kita, tentang
betapa heroiknya para pahlawan bangsa ini berjuang mati – matian demi satu kata
yang mereka impikan yaitu kemerdekaan. Mereka rela mengorbankan semua yang
mereka miliki, baik tenaga, waktu, pikiran bahkan nyawa mereka pertaruhkan.
Mereka tidak gentar sedikit pun berhadapan dengan serdadu – seradu
bersenjatakan lengkap dan modern yang tentunya siap membunuh mereka dalam
sekejap mata. Berbekalkan tekad dan persenjataan seadanya, mereka menerjang,
menerkam, melawan ketidakadilan yang menyakiti perasaan yang selama ini mereka
rasakan. Mereka melakukannya dengan ikhlas dan tanpa paksaan sedikit pun serta
tidak mengharap imbalan, karena mereka tahu yang harus mereka wujudkan adalah
negara yang nyaman dan merdeka bagi keturunannya untuk tumbuh besar dan
berkembang.
Kemerdekaan
merupakan salah satu warisan yang begitu berharga dari nenek moyang untuk kita
semua. Setelah adanya kemerdekaan, tugas kita semua saat ini bukan lagi mengangkat
senjata, bukan lagi melakukan baku tembak, bukan untuk berurusan dengan para
penjajah, namun tugas kita adalah bagaimana dan apa yang harus kita lakukan
untuk mengisi kemerdekaan yang kita dapat saat ini. Tugas yang diemban oleh
kita semua tidak kalah berat malahan jauh lebih berat dibandingkan tugas
merebut kemerdekaan. Seperti halnya yang Presiden Soekarno katakan “
mempertahankan kemerdekaan itu jauh lebih berat dibandingkan dengan merebutnya
” maka dari itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk mempertahankan
kemerdekaan ini dan menyongsonng tantangan dalam persaingan global.
Mengisi
kemerdekaan dapat kita lakukan dengan cara bersatu dan saling mendukung untuk
mewujudkan tujuan negara kita, dimana ideologi dan tujuan itu tertuang dalam
pembukaan UUD 1945. Sebagai negara yang hendak melangkah maju tentunya
diperlukan banyaknya dukungan dari berbagai pihak. Membutuhkan tenaga dan
sumber daya yang berkualitas dan memiliki loyalitas, disertai rasa nasionalisme
tinggi. Nah, yang dapat digaris bawahi disini adalah dimana tetap diperlukannya
rasa nasionalisme tinggi dalam melengkapi kualitas sumber daya manusia yang
kian berkembang. Akan percuma jika Indonesia di isi oleh para cendikiawan dan
ahli di bidang masing – masing namun tidak memiliki rasa cinta tanah air untuk
memajukan negara. Oleh sebab itu, peran pendidikan kewarganegaraan sangat
penting keberadaannya dalam pendidikan di Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan
hadir dengan menawarkan penanaman dasar serta nilai nilai pancasila yang diharapkan
mampu meningkatkan rasa nasionalisme juga memperbaiki nilai nilai moral bagi
siapa pun yang mempelajarinya. Karena, tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik
kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam
kehidupan bangsa.
Pendidikan
Kewarganegaraan telah dikenalkan sejak seorang pelajar menginjakkan kakinya di
sekolah dasar. Jika kita mengakumulasikan waktu dan seberapa lama kita semua
mempelajari PKN sejak SD hingga jenjang perkuliahan tentunya waktu tersebut di
rasa cukup untuk setidaknya menggugah dan meningkatkan rasa kecintaan kita
terhadap negara. Di rasa cukup menyadarkan kita untuk mengaplikasikan nilai
nilai moral yang luhur di kehidupan kita. Selama ini yang kita tahu, Pendidikan
Kewarganegaraan mengajarkan kita bagaimana menjadi warga negara yang baik,
menunjukan nilai nilai pancasila yang harus senatiasa kita jungjung dan terapkan
dalam kehidupan sehari – hari, dan juga tidak ketinggalan kita dapat mengenal
banyak hal tentang negara kita seperti bentuk negara, bentuk pemerintahan,
sejarah kebangsaan dan kemerdekaan bangsa kita, juga hal yang lainnya. Namun,
hal yang patut kita pertanyakan dan harus terbayang dalam benak kita adalah sudah
benarkah kita belajar Pendidikan Kewarganegaraan? Seberapa jauh kita menghayati
dan sudah kah kita mengaplikasikan segala ilmu yang telah kita dapat dari
belajar PKN dalam kehidupan sehari - hari kita? Jawaban yang tepatnya tentu
berada dalam benak setiap pribadi. Namun
satu hal yang pasti, ketika melihat fenomena yang terjadi di masa
sekarang, masyarakat khususnya generasi muda nampaknya semakin melunturkan
fondasi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu rasa nasionalisme. Pendidikan
Kewarganegaraan sering kali dipandang remeh nan enteng dan sering kali di
acuhkan begitu saja karena dianggap kurang penting dibandingkan dengan mata
pelajaran lain seperti halnya matematika, fisika, biologi dan pelajaran
lainnya. Padahal, pendidikan
kewarganegaraan salah satu mata pelajaran yang penting karena PKn tidak
berhenti pada siswa mampu menguasai materi namun yang terpenting adalah
bagaimana cara menerapkan dan menginternalisasi nilai-nilai moral dalam diri
siswa sehingga menjadi karakter yang baik. Disinilah pentingnya mempelajari
pendidikan kewarganegaraan, karena percuma bila generasi kita cerdas secara
akademik namun tidak dibarengi dengan akhlak yang baik pula.
Tidak sampai disitu, Pendidikan Kewarganegaraan juga
mengajarkan kita tentang politik dan bagaimana menjadi warga negara yang aktif
berpartisipasi dalam kegitan politik. Dengan kata lain melalui Pendidikan
Kewarganegaraan diharapkan kita menjadi warga negara yang melek politik. Dengan
demikian, jika banyak warga negara yang melek politik maka tingkat partisipasi
warga negara dalam hal politik juga meningkat.
Begitu banyak manfaat dan hal yang
positif yang dapat kita dapatkan setelah mempelajari PKn dengan sungguh –
sungguh. Namun, sesuai judul essai yang saya buat pembahasan akan lebih mengacu
pada peran penting PKn dalam memupuk rasa nasionalisme. Ya, memupuk rasa
nasionalisme. Kenapa penulis memberikan judul demikian, karena penulis berharap
hasil dari belajar PKn dapat menjadi pupuk yang mampu menyuburkan rasa
nasionalisme yang semakin lama kian luntur.
Kita dapat menganalogikan kata pupuk
disini dengan pupuk yang dipakai untuk menyuburkan tanaman. Kita dapat
membandingkan antara tanaman yang berpupuk dan yang
tidak bukan? Tanaman berpupuk tentunya akan tumbuh dengan lebih baik dan lebih
cepat serta sehat daripada tanaman tidak berpupuk. Daun yang berpupuk daunnya
akan terlihat segar dan membuat mata yang melihatnya senang. Beda halnya dengan
tanaman
yang tidak berpupuk, daunnya layu bahkan lama kelamaan tanaman tersebut mati.
Analogi tersebut kiranya sudah dapat menjelaskan seperti apa pupuk bekerja.
Rasa nasionalisme pun membutuhkan pupuk sama halnya
dengan sebuah tanaman. Pupuk untuk menggugah rasa nasionalisme dibutuhkan
supaya rasa nasionalisme tersebut terus tumbuh dan berkembang serta mengakar
kuat di dalam diri setiap individu. Individu yang tertanam kuat rasa
nasionalisme pada dirinya akan senantiasa melakukan hal – hal positif dalam
kesehariannya. Individu tersebut akan melakukan tindakan – tindakan untuk
memajukan negara sebagai wujud rasa cintanya terhadap tanah air. Tidak akan
tergiur oleh iming – iming ideologi yang dapat menghancurkan negara dari dalam.
Nah, itu hanya contoh kecil saja dari sikap –sikap yang akan ditunjukan oleh
seorang yang berjiwa nasionalisme dan setiap orang tentunya akan menunjukan
sikap yang berbeda namun dalam konteks yang sama.
Sungguh sangat
mengesankan dan akan terjadi suatu hal yang hebat andaikan setiap orang di
negeri ini menanamkan pada dirinya rasa nasionalisme. Negara ini akan maju,
bahkan mungkin akan menjadi negara yang adidaya di dunia. Ingatlah, negara ini
sebenarnya sudah memiliki modal yang potensial yaitu melimpahnya kekayaan alam
negeri ini. Namun yang kurang dari negara ini adalah sumber daya manusia yang berkualitas dan berintegritas. Sesuatu hal
yang ironi, para pemangku jabatan yang tentunya seorang manusia yang
berpendidikan tinggi malah berpikir hanya untuk kepentingannya sendiri ataupun
kelompoknya. Mereka seakan – akan tidak segan menodai dan mencederai
kepercayaan yang diamanatkan kepadanya. Mencuri uang negara dengan jumlah yang
besar bukanlah hal yang memberatkan bagi mereka. Mereka merampok bagaikan
seorang penjahat yang benar benar rakus. Krisis jiwa nasionalisme bukan hanya
mendera para pemangku jabatan, krisis tersebut telah merangsak ke berbagai
lapisan masyarakat serta pelajar. Mungkin tidak perlu di sebutkan seluruhnya,
namun beberapa hal saja mungkin cukup menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Dimulai dari para pelajar yang bertindak amoral, terjerumus dalam pergaulan bebas dan
narkotika, pacaran yang berlebihan, melupakan kebudayaan dan etika serta adat
istiadat. Kehidupan di luar sekolah pun tidak jauh beda malahan diindikasikan
lebih buruk.
Lalu, melihat fakta
dan realita saat ini, masihkah kita akan terus berpangku tangan? Masihkah kita
akan terus menutup mata ? masih kita bersikap acuh dan tidak peduli? Inginkah
kita menuntun negara ini menuju ke kehancurannya? Tentu tidak bukan. Maka dari
itu perlu lah kiranya bagi kita semua dimulai sejak dini juga dimulai dari
setiap individu masing – masing berusaha
menghayati setiap Pendidikan Kewarganegaraan agar memupuk rasa nasionalisme
pada diri kita semua. Bersikaplah bijak dan jangan menganggap remeh Pendidikan
Kewarganegaraan, karena ingatlah betapa pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
sama pentingnya dengan mata pelajaran yang lainnya. Sudah saatnya bagi kita
untuk meningkatkan kapasitas diri dan juga imbangi dengan peningkatan rasa
nasionalisme juga moral dalam diri. Jangan lupa untuk terus mengingat semua
perjuangan bangsa ini untuk lepas dari belenggu penjajahan. Hargai dan bersikap
untuk tidak menghianati perjuangan berdarah bangsa ini. Maka, setelah semua
orang di negeri ini bertindak demikian, Indonesia dapat berharap untuk semakin
menerbangkan sayapnya semakin tinggi. Majulah Indonesia.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home