Friday, December 2, 2016

CONTOH ESSAY



NAMA            : Arif Hidayat
KELAS           : XII MIPA 1

PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMUPUK RASA NASIONALISME

Sudah 71 tahun lamanya negara Indonesia yang kita cintai ini memproklamirkan kemerdekaannya dan mengambil langkah pasti untuk menentukan nasib di tangannya sendiri. Tidak akan pernah dan jangan pernah hilang dari ingatan kita, tentang betapa heroiknya para pahlawan bangsa ini berjuang mati – matian demi satu kata yang mereka impikan yaitu kemerdekaan. Mereka rela mengorbankan semua yang mereka miliki, baik tenaga, waktu, pikiran bahkan nyawa mereka pertaruhkan. Mereka tidak gentar sedikit pun berhadapan dengan serdadu – seradu bersenjatakan lengkap dan modern yang tentunya siap membunuh mereka dalam sekejap mata. Berbekalkan tekad dan persenjataan seadanya, mereka menerjang, menerkam, melawan ketidakadilan yang menyakiti perasaan yang selama ini mereka rasakan. Mereka melakukannya dengan ikhlas dan tanpa paksaan sedikit pun serta tidak mengharap imbalan, karena mereka tahu yang harus mereka wujudkan adalah negara yang nyaman dan merdeka bagi keturunannya untuk tumbuh besar dan berkembang.
Kemerdekaan merupakan salah satu warisan yang begitu berharga dari nenek moyang untuk kita semua. Setelah adanya kemerdekaan, tugas kita semua saat ini bukan lagi mengangkat senjata, bukan lagi melakukan baku tembak, bukan untuk berurusan dengan para penjajah, namun tugas kita adalah bagaimana dan apa yang harus kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan yang kita dapat saat ini. Tugas yang diemban oleh kita semua tidak kalah berat malahan jauh lebih berat dibandingkan tugas merebut kemerdekaan. Seperti halnya yang Presiden Soekarno katakan “ mempertahankan kemerdekaan itu jauh lebih berat dibandingkan dengan merebutnya ” maka dari itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini dan menyongsonng tantangan dalam persaingan global.
Mengisi kemerdekaan dapat kita lakukan dengan cara bersatu dan saling mendukung untuk mewujudkan tujuan negara kita, dimana ideologi dan tujuan itu tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Sebagai negara yang hendak melangkah maju tentunya diperlukan banyaknya dukungan dari berbagai pihak. Membutuhkan tenaga dan sumber daya yang berkualitas dan memiliki loyalitas, disertai rasa nasionalisme tinggi. Nah, yang dapat digaris bawahi disini adalah dimana tetap diperlukannya rasa nasionalisme tinggi dalam melengkapi kualitas sumber daya manusia yang kian berkembang. Akan percuma jika Indonesia di isi oleh para cendikiawan dan ahli di bidang masing – masing namun tidak memiliki rasa cinta tanah air untuk memajukan negara. Oleh sebab itu, peran pendidikan kewarganegaraan sangat penting keberadaannya dalam pendidikan di Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan hadir dengan menawarkan penanaman dasar serta nilai nilai pancasila yang diharapkan mampu meningkatkan rasa nasionalisme juga memperbaiki nilai nilai moral bagi siapa pun yang mempelajarinya. Karena, tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam kehidupan bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan telah dikenalkan sejak seorang pelajar menginjakkan kakinya di sekolah dasar. Jika kita mengakumulasikan waktu dan seberapa lama kita semua mempelajari PKN sejak SD hingga jenjang perkuliahan tentunya waktu tersebut di rasa cukup untuk setidaknya menggugah dan meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap negara. Di rasa cukup menyadarkan kita untuk mengaplikasikan nilai nilai moral yang luhur di kehidupan kita.  Selama ini yang kita tahu, Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan kita bagaimana menjadi warga negara yang baik, menunjukan nilai nilai pancasila yang harus senatiasa kita jungjung dan terapkan dalam kehidupan sehari – hari, dan juga tidak ketinggalan kita dapat mengenal banyak hal tentang negara kita seperti bentuk negara, bentuk pemerintahan, sejarah kebangsaan dan kemerdekaan bangsa kita, juga hal yang lainnya. Namun, hal yang patut kita pertanyakan dan harus terbayang dalam benak kita adalah sudah benarkah kita belajar Pendidikan Kewarganegaraan? Seberapa jauh kita menghayati dan sudah kah kita mengaplikasikan segala ilmu yang telah kita dapat dari belajar PKN dalam kehidupan sehari - hari kita? Jawaban yang tepatnya tentu berada dalam benak setiap pribadi. Namun  satu hal yang pasti, ketika melihat fenomena yang terjadi di masa sekarang, masyarakat khususnya generasi muda nampaknya semakin melunturkan fondasi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu rasa nasionalisme. Pendidikan Kewarganegaraan sering kali dipandang remeh nan enteng dan sering kali di acuhkan begitu saja karena dianggap kurang penting dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti halnya matematika, fisika, biologi dan pelajaran lainnya. Padahal, pendidikan kewarganegaraan salah satu mata pelajaran yang penting karena PKn tidak berhenti pada siswa mampu menguasai materi namun yang terpenting adalah bagaimana cara menerapkan dan menginternalisasi nilai-nilai moral dalam diri siswa sehingga menjadi karakter yang baik. Disinilah pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan, karena percuma bila generasi kita cerdas secara akademik namun tidak dibarengi dengan akhlak yang baik pula.
Tidak sampai disitu, Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan kita tentang politik dan bagaimana menjadi warga negara yang aktif berpartisipasi dalam kegitan politik. Dengan kata lain melalui Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan kita menjadi warga negara yang melek politik. Dengan demikian, jika banyak warga negara yang melek politik maka tingkat partisipasi warga negara dalam hal politik juga meningkat.
            Begitu banyak manfaat dan hal yang positif yang dapat kita dapatkan setelah mempelajari PKn dengan sungguh – sungguh. Namun, sesuai judul essai yang saya buat pembahasan akan lebih mengacu pada peran penting PKn dalam memupuk rasa nasionalisme. Ya, memupuk rasa nasionalisme. Kenapa penulis memberikan judul demikian, karena penulis berharap hasil dari belajar PKn dapat menjadi pupuk yang mampu menyuburkan rasa nasionalisme yang semakin lama kian luntur.
            Kita dapat menganalogikan kata pupuk disini dengan pupuk yang dipakai untuk menyuburkan tanaman. Kita dapat membandingkan antara tanaman yang berpupuk dan yang tidak bukan? Tanaman berpupuk tentunya akan tumbuh dengan lebih baik dan lebih cepat serta sehat daripada tanaman tidak berpupuk. Daun yang berpupuk daunnya akan terlihat segar dan membuat mata yang melihatnya senang. Beda halnya dengan tanaman yang tidak berpupuk, daunnya layu bahkan lama kelamaan tanaman tersebut mati. Analogi tersebut kiranya sudah dapat menjelaskan seperti apa pupuk bekerja.
            Rasa nasionalisme pun membutuhkan pupuk sama halnya dengan sebuah tanaman. Pupuk untuk menggugah rasa nasionalisme dibutuhkan supaya rasa nasionalisme tersebut terus tumbuh dan berkembang serta mengakar kuat di dalam diri setiap individu. Individu yang tertanam kuat rasa nasionalisme pada dirinya akan senantiasa melakukan hal – hal positif dalam kesehariannya. Individu tersebut akan melakukan tindakan – tindakan untuk memajukan negara sebagai wujud rasa cintanya terhadap tanah air. Tidak akan tergiur oleh iming – iming ideologi yang dapat menghancurkan negara dari dalam. Nah, itu hanya contoh kecil saja dari sikap –sikap yang akan ditunjukan oleh seorang yang berjiwa nasionalisme dan setiap orang tentunya akan menunjukan sikap yang berbeda namun dalam konteks yang sama.
Sungguh sangat mengesankan dan akan terjadi suatu hal yang hebat andaikan setiap orang di negeri ini menanamkan pada dirinya rasa nasionalisme. Negara ini akan maju, bahkan mungkin akan menjadi negara yang adidaya di dunia. Ingatlah, negara ini sebenarnya sudah memiliki modal yang potensial yaitu melimpahnya kekayaan alam negeri ini. Namun yang kurang dari negara ini adalah sumber daya manusia  yang berkualitas dan berintegritas. Sesuatu hal yang ironi, para pemangku jabatan yang tentunya seorang manusia yang berpendidikan tinggi malah berpikir hanya untuk kepentingannya sendiri ataupun kelompoknya. Mereka seakan – akan tidak segan menodai dan mencederai kepercayaan yang diamanatkan kepadanya. Mencuri uang negara dengan jumlah yang besar bukanlah hal yang memberatkan bagi mereka. Mereka merampok bagaikan seorang penjahat yang benar benar rakus. Krisis jiwa nasionalisme bukan hanya mendera para pemangku jabatan, krisis tersebut telah merangsak ke berbagai lapisan masyarakat serta pelajar. Mungkin tidak perlu di sebutkan seluruhnya, namun beberapa hal saja mungkin cukup menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Dimulai dari para pelajar yang bertindak amoral,  terjerumus dalam pergaulan bebas dan narkotika, pacaran yang berlebihan, melupakan kebudayaan dan etika serta adat istiadat. Kehidupan di luar sekolah pun tidak jauh beda malahan diindikasikan lebih buruk.
Lalu, melihat fakta dan realita saat ini, masihkah kita akan terus berpangku tangan? Masihkah kita akan terus menutup mata ? masih kita bersikap acuh dan tidak peduli? Inginkah kita menuntun negara ini menuju ke kehancurannya? Tentu tidak bukan. Maka dari itu perlu lah kiranya bagi kita semua dimulai sejak dini juga dimulai dari setiap individu masing – masing  berusaha menghayati setiap Pendidikan Kewarganegaraan agar memupuk rasa nasionalisme pada diri kita semua. Bersikaplah bijak dan jangan menganggap remeh Pendidikan Kewarganegaraan, karena ingatlah betapa pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sama pentingnya dengan mata pelajaran yang lainnya. Sudah saatnya bagi kita untuk meningkatkan kapasitas diri dan juga imbangi dengan peningkatan rasa nasionalisme juga moral dalam diri. Jangan lupa untuk terus mengingat semua perjuangan bangsa ini untuk lepas dari belenggu penjajahan. Hargai dan bersikap untuk tidak menghianati perjuangan berdarah bangsa ini. Maka, setelah semua orang di negeri ini bertindak demikian, Indonesia dapat berharap untuk semakin menerbangkan sayapnya semakin tinggi. Majulah Indonesia.



0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home