Tanaman Ketapang - Klasifikasi, Morfologi, Kandungan Senyawa
Tanaman ketapang (Terminalia catappa)
Tanaman ketapang merupakan tanaman yang
termasuk ke dalam famili combretaceae
yang tumbuh di daerah tropis dan subtropics, berasal dari India kemudia
menyebar ke daerah Asia Tenggara dan Australia. Pohon ketapang bisa di temukan
di daerah pesisir pantai dan digunakan sebagai tanaman peneduh atau tanaman
hias di sepanjang jalan atau halaman. Adapun klasifikasi tanaman ketapang sebagai
berikut ;
Kerajaan : Pantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Combretacea
Marga :
Terminalia
Jenis : Terminalia catappa L.
Sinonim : Terminalia Moluccana Lamk.
Terminalia procera Roxb
Terminalia latifolia Blanco, nin Swartz
Morfologi tanaman ketapang sebagai berikut ;
a) Akar
Pohon
ketapang memiliki perakaran tunggang Pohon-pohon biasanya memiliki sistem akar lateral yang menyebar, berserat, dan
mendekati permukaan, meskipun spesies ini biasanya berakar dalam di pasir
(Francis, 1989
dalam Thomson dan Evans, 2006) akar pohon ketapang bercabang banyak sehingga memberi kekuatan akan
tegaknya pohon dan memperluas daya serap unsur hara dan air.
b)
Batang
Tanaman ketapang merupakan pohon besar yang
bisa tumbuh mencapai ketinggian lebih dari 30 meter. Batang dari tanaman
ketapang berwarna abu abu sampai abu-abu kecoklatan. Merupakan pohon berkayu,
keras, bulat dan tumbuh tegak secara vertical. Tipe percabangan pohon ketapang
adalah simpodial karena antara batang pokok dan percabangannya sulit dibedakan.
Cabang tumbuh secara horizontal bertingkat-tingkat, pada pohon dewasa yang
berdaun banyak akan menyerupai payung raksasa, oleh karena itu di Indonesia
pohon Ketapang banyak difungsikan sebagai pohon peneduh (Marjenah dan
Ariyanto, 2018).
c)
Daun
Ketapang memiliki daun lebar berbentuk bulat
telur dengan ujung daun membulat dan tumpul dan pangkal daun meruncing.
Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak Tanda daun akan gugur adalah
daun menjadi berwarna merah tua. Peluruhan daun terjadi dua kali setahun,
sekali pada bulan Januari/Februari/Maret dan yang kedua pada bulan
Juli/Agustus/September (Marjenah dan
Ariyanto, 2018).
d)
Buah
Buah ketapang berbentuk gepeng, bulat telur
berwarna hijau dan selama proses
pematangan buah berubah menjadi kuning, kemudian merah cerah dan
berwarna merah keunguan setelah masak. Ukuran buah bervariasi antara 3,5 -7 x 2
- 5,5 cm dengan panjang mulai dari 2,5 cm sampai 10 cm (Thomson dan
Evans, 2006).
e)
Bunga
Bunga tanaman ketapang berukuran kecil 4-6 mm
berwarna putih atau krem. Bentuknya seperti piring atau lonceng dengan 5
kelopak dan beraroma kurang sedap. Mayoritas bunga yang dihasilkan adalah bunga
jantan mulai berbunga setelah 2-3 tahun setelah tanam. Tanaman ketapang dewasa
bisa berbunga sepanjang tahun sehingga menjadi habitat yang disukai oleh
serangga (Marjenah dan
Ariyanto, 2018).
f)
Biji
Biji tanaman ketapang memiliki bentuk dan
ukuran yang bervariasi bisa diakibatkan oleh factor lingkungan dimana tanaman
ketapang tersebut tumbuh. Misalnya, di Vanuatu, biji dapat memiliki panjang 3,9–5,1 x
lebar 2,6–3,8 cm dan berat 7–14 g (Thomson dan Evans, 2006). Bagian biji ketapang dilindungi dengan lapisan keras seperti kayu.
2.1.2
Kandungan senyawa tanaman ketapang (Terminalia
catappa)
Menurut Fahmy et al. terungkap bahwa genus Terminalia kaya
akan sumber tannin, pseudotannin, termasuk asam galat dan ester galat
sederhana, asam chebulic, ellagitanin nochebulic, turunan asam ellagic dan glikosida asam
ellagic, asam fenolat, flavonoid triterpen dan glikosida triterpenoid. Selanjutnya dijelaskan oleh Baratelli et al. (2012) Kandungan
alelokimia dari suatu tanaman merupakan salah satu mekanisme melindungi tanaman donor
dari mikroorganisme, virus, serangga dan patogen atau predator lain, atau
bahkan menghambat pertumbuhan tanaman tetangga atau merangsang pertumbuhan
benih.
Senyawa
– senyawa
penting yang terdapat pada tanaman ketapang (Terminalia catappa) adalah sebagai berikut ;
a)
Tannin
Tanin merupakan metabolit sekunder penting
tanaman dari golongan fenolik seringkali dikaitkan dengan mekanisme tumbuhan
dalam melindungi diri dari lingkungan yang tidak menguntungkan. Tanin terbagi
menjadi dua jenis yaitu tannin terhidrolisi dan terkondensasi.Tanin terdapat
pada buah yang belum matang, merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang
termasuk kedalam golongan flavonoid, mempunyai rasa sepat dan mempunyai
kemampuan menyamak kulit ( Robinson,
1995 dalam Mabruroh, 2015). Tannin memiliki khasiat untuk antidiare,
antioksidan, antibakteri, dan astrigen. Pada penelitian sebelumnya senyawa
tannin dapat menghambat pertumbuhan, menghilangkan kontrol respirasi pada
mitokondria dan mengganggu transport ion Ca2+ dan PO43-.
b) Flavonoid
Flavonoid
merupakan salah satu senyawa alam yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan dan
makanan memiliki fungsi sebagai antivirus, antiinflamasi, antioksidan,
antikanker, dan lain-lain. Flavonoid adalah kelompok dengan berat molekul rendah
berbasis inti 2-fenil-kromon yang merupakan biosintesis dari turunan asam
asetat/fenilalanin dengan menggunakan jalur asam shikimat (Arifin dan
Ibrahim, 2018). Flavonoid memiliki peranan terhadap proses
penghambatan pertumbuhan, yakni berperan sebagai penghambat kuat terhadap
IAA-oksidase (Khotib, 2002
dalam Riskitavani dan Purwani, 2013).
c)
Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa kimia yang
terdiri dari beberapa unit isopren. Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan
terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Menurut penelitian Gani et al. (2017) ekstrak methanol daun ketapang dengan profil
GC-MS senyawa yang bersifat menghambat gulma adalah golongan terpenoid yaitu
3,7,11,15-tetramethyl-2-hexadecen-1-ol (phytol).
d)
Alkaloid
Alkaloida adalah senyawa
yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam
intinya dan bersifat basa dimana di dalam tanaman memainkan peran sebagai pertahanan terhadap
herbivora dan pathogen serta sebagai factor pengatur tumbuh. Fungsi alkaloid ini
bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga
dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan
hasil metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tanaman, sebagai
faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.
e) Saponin
Saponin merupakan metabolit sekunder dan merupakan kelompok glikosida triterpenoid atau steroid aglikon, terdiri dari satu atau lebih gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin, dapat membentuk kristal berwarna kuning dan amorf, serta berbau menyengat (Pangestu, 2019) Berdasarkan struktur aglikon (sapogenin) dikenal 2 macam saponin, yaitu: tipe steroid dan triterpenoid. Salah satu peran saponin triperpenoid sebagai senyawa pertahanan alami pada tanaman (Di Fabio et al., 2014 dalam Yanuartono et al., 2017) Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa saponin banyak dimanfaatkan untuk kepentingan manusia karena saponin memiliki manfaat seperti antibakteri, antifungi, kemampuan menurunkan kolesterol dalam darah dan menghambat pertumbuhan sel tumor.
Daftar Pustaka
Arifin, B. dan S. Ibrahim. 2018. Struktur, bioaktivitas dan
antioksidan flavonoid. Jurnal Zarah,
6(1), 21–29. https://doi.org/10.31629/zarah.v6i1.313
Baratelli, T. de G., A.C. Candido Gomes, L.A. Wessjohann, R.M. Kuster
and N.K. Simas. 2012. Phytochemical and allelopathic studies of
Terminalia catappa L.(Combretaceae). Biochemical
Systematics and Ecology, 41, 119–125.
https://doi.org/10.1016/j.bse.2011.12.008
Gani, A.A.
E.R.P. Wardoyo dan Mukarlina 2017. Profil GC-MS dan potensi bioherbisida ekstrak
metanol daun ketapang (Terminalia catappa
L.) terhadap gulma maman ungu (Cleome
rutidosperma D.C.). Jurnal Protobiont, 6(2), 22–28.
Mabruroh, A. I. 2015. Uji aktivitas antioksidan ekstrak tanin
dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)
dan identifikasinya Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Marjenah, & Ariyanto. 2018. Kesesuaian jenis yang dapat
ditumpangsarikan dengan ketapang (Terminalia
catappa Linn.) pada beberapa sistem lahan di Kalimantan Timur dan prospeknya
sebagai hutan tanaman sebagai hutan tanaman.
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 4(2), 57–70.
https://doi.org/10.20886/jped.2018.4.2.
Pangestu, A. D. 2019. Perbandingan kadar saponin ekstrak daun
waru (Hibiscus tiliaceus L.) hasil pengeringan
matahari dan pengeringan oven secara spektrofotometri Uv-Vis. Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang.. http://repository.pimedu.ac.id/id/eprint/423/
Riskitavani, D. V. dan K.I. Purwani. 2013. Studi
potensi bioherbisida ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) terhadap gulma rumput teki (Cyperus
rotundus L.). Jurnal Sains dan Seni, 2(2), 2337–3520.
Thomson, L. A. J. and B. Evans. 2006. Species profiles
for Pacific Island Agroforestry - Terminalia catappa (tropical almond). Species
ProÞles for PaciÞc Island Agroforestry,
ver. 2.2, 1–20.
Yanuartono, H. Purnamaningsih, A. Nururrozi, dan S. Indarjulianto.
2017. Saponin : Dampak terhadap ternak (ulasan). Jurnal Peternakan Sriwijaya,
6(2), 79–90. https://doi.org/10.33230/jps.6.2.2017.5083
Labels: ketapang, Terminalia catappa